Lihat ke Halaman Asli

Achmad Azkiya

Pekerja Lepas

Menggilakan Diri adalah Jalan Ninjaku untuk Mewaraskan Mental

Diperbarui: 4 September 2023   20:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Dalam era modern yang penuh dengan tekanan dan kecepatan, mewaraskan mental menjadi suatu tantangan yang semakin mendalam. Di tengah tuntutan hidup yang terus bergejolak, banyak dari kita merasa terjebak dalam perangkap stres yang tak kunjung reda. Dalam upaya mengatasi hal ini, konsep "menggilakan diri" muncul sebagai cara untuk menjaga kestabilan mental dan emosional kita.

"Menggilakan diri" bukanlah istilah yang umum digunakan dalam bahasa Indonesia, tetapi esensinya merujuk pada tindakan mengekspresikan diri, melepaskan beban ambisi yang membebani, dan menghadirkan keautentikan dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah upaya untuk merangkul kelemahan dan ketidaksempurnaan kita, serta menolak tekanan untuk selalu terlihat sempurna di mata orang lain.

Dalam upaya untuk mewaraskan mental, pertanyaan muncul apakah harus mengambil risiko yang besar untuk mencapai keseimbangan ini. Meskipun mungkin terdengar kontradiktif, pendekatan yang berani terhadap hidup sebenarnya bisa menjadi kunci untuk mencapai ketenangan batin. Mengambil risiko untuk mengekspresikan diri, bahkan jika itu berarti menghadapi perubahan dan ketidakpastian, bisa memberi kita peluang untuk tumbuh dan berkembang.

Namun, penting untuk diingat bahwa "menggilakan diri" tidak sama dengan menjadi gila atau kehilangan kendali. Sebaliknya, ini adalah tentang menemukan keseimbangan antara memenuhi kebutuhan diri dan menjaga hubungan dengan lingkungan sosial. Dalam perjalanan ini, kita perlu mengakui bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan pribadi adalah prioritas yang tidak boleh dikompromikan. Menggilakan diri adalah tentang merangkul diri kita sendiri, bahkan jika itu berarti meninggalkan stereotip atau standar yang diimpor oleh masyarakat.

Dalam pandangan ini, peran penerimaan diri menjadi penting. Ketika kita mampu merangkul baik sisi kuat maupun sisi lemah kita, kita membangun fondasi yang kuat untuk kestabilan mental. Menghilangkan rasa jaim atau kekhawatiran terhadap penilaian orang lain memungkinkan kita untuk hidup lebih bebas dan lebih autentik. Ini adalah langkah pertama menuju menghapus batasan yang kita impor pada diri kita sendiri.

Menggilakan diri juga mencakup konsep melepaskan ambisi dan ekspektasi yang memberatkan kita. Terkadang, kita terlalu terfokus pada pencapaian dan kesuksesan eksternal, sehingga melupakan pentingnya kesejahteraan internal. Dalam mengamati dunia yang semakin terhubung dan terpapar, sulit untuk tidak merasa tertekan oleh norma dan citra yang diciptakan oleh media sosial dan budaya populer. Oleh karena itu, menggilakan diri menjadi alat untuk merendahkan ekspektasi ini dan mengarahkan perhatian kita pada apa yang benar-benar penting bagi kita.

Namun, perlu diingat bahwa menggilakan diri bukanlah alasan untuk menjadi egois atau acuh tak acuh terhadap orang lain. Ini adalah panggilan untuk menjalani hidup dengan penuh empati dan kepedulian terhadap lingkungan kita. Ketika kita mampu memenuhi kebutuhan diri kita sendiri, kita juga memiliki lebih banyak kapasitas untuk memberi dan membantu orang lain. Dalam hal ini, "menggilakan diri" bukan hanya tentang diri kita sendiri, tetapi juga tentang memberikan kontribusi positif kepada masyarakat luas.

Secara sederhana, menggilakan diri adalah tentang menemukan jalan menuju keseimbangan, kedamaian, dan kepuasan internal dalam dunia yang penuh dengan tekanan dan ekpektasi. Ini adalah proses yang memerlukan ketekunan, pengakuan terhadap nilai-nilai pribadi, dan tekad untuk merangkul keaslian diri. Dengan mengambil langkah-langkah kecil untuk menghilangkan beban yang tidak perlu dan menghargai apa yang sebenarnya penting, kita dapat membuka pintu menuju perjalanan pribadi yang lebih bermakna dan memuaskan.

Maka Sobat Kompasiana tersayang, jika kamu merasa terpuruk oleh keadaan, merasa stres dengan segala pikiran yang menuntut ini dan itu, bergabunglah bersamaku, ceritakan segala keluh kesahmu, dan gila bersama diriku.

Kalau pun tidak sepenuhnya bahagia, setidaknya kamu bisa sedikit plong dengan beban-beban yang ada di otak dan pundakmu, kamu kembali tertawa riang sembari bersyukur menikmati hidup yang ternyata begitu spesial untuk kita lewati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline