Lihat ke Halaman Asli

Achmad Azkiya

Pekerja Lepas

Masih Hidupkah Kartini?

Diperbarui: 28 April 2022   18:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Nggak kerasa Mbah Kartini kita sudah satu abad lebih tinggalkan negeri ini, bumi pertiwi dan kami. Seorang wanita pelopor, penggerak, pemberani yang mengembalikan martabat wanita sebagaimana mestinya.

Sebagai putri bangsawan, tak menjadikan blio tinggi hati dan sok-sokan, justru blio sangat rendah hati dan berperikemanusiaan, itu bisa dilihat dari sikap blio dalam menghormati ibunya--yang mana ibunya adalah seorang selir, secara hukum adat saat itu, 

Kartini tidak perlu memanggil sebutan kehormatan "Ibu" kepada ibunya, cukup dengan sebutan receh "Mbakyu", dan malah ibunya ini yang harus menghormati seorang Kartini, putri bangsawan. Tetapi tidak, Kartini tetap menghormati ibunya sebagai ibunya, bukan selir raja.

Tatkala blio hendak dinikahkan, pada zaman itu wanita haruslah dipingit dahulu, bagaimana sikap Kartini, apakah melawan? Tidak, blio tetap menghormati keputusan orangtuanya. Justru kesempatan itu dijadikan Kartini sebagai amunisi untuk memperluas wawasannya, biar pun dipingit dan di rumah terus, tak menjadikan blio patah semangat untuk terus belajar dan berkembang.

Barulah setelah menikah, Kartini berani membuka sebuah sekolah untuk masyarakat perempuannya, mengajarnya, mendidiknya untuk menjadi wanita yang tidak hanya berkutat di dapur saja, tetapi juga bisa bekreasi, melalang buana, dan menjadi apa pun yang diinginkan.

Tentu perempuan hari ini harusnya lebih kartini daripada Kartini, mengingat di zaman yang serba ada saat ini, teknologi sudah semakin canggih, bukan alasan untuk tidak menjadi wanita yang berdedikasi tinggi berderet kontribusi.

Bicara mengenai Kartini memang tak akan ada habisnya, seperti sabdanya yang masyhur, "Habis gelap, terbitlah terang." Begitu pun dengan wanita hari ini, jangan biarkan terang itu dikonsumsi sendiri, melainkan dipijarkan ke segala sisi bahwa wanita bukanlah sekadar objek yang dinikmati, melainkan seorang yang hebat dan menginspirasi.

Saat itu terjadi, maka sejatinya Kartini belum mati. Justru Kartini lebih hidup dari kehidupannya sendiri. Siapakah mereka? Mereka adalah kita, kau dan aku, yang senantiasa peduli pada jiwa-jiwa yang kerap diinjak-injak dan diintimidasi oleh kesetanan tirani. Ya, kita semua adalah Kartini.

Salam Pergerakan!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline