Lihat ke Halaman Asli

Achmad Azkiya

Pekerja Lepas

Kritis, Krisis, Gratis

Diperbarui: 3 April 2022   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Assholatu jaami'ah...

Tak terasa bulan Ramadan telah tiba, keramaian masjid di dekat kontrakan menguarkan udara senang-bahagia. Kami bertiga, saya, sahabat Fatan dan sahabat Makruf ikut salat berjamaah. Ya setidaknya bisa berbaur dengan para tetangga dan belajar menjadi muslim yang taat ibadah.

Maklumlah, kami sebagai mahasiswa yang kadang dicap ngawur dan radikal tentu tidak mau dianggap seperti itu selalu, anggap saja tulisan ini pencitraan, mengembalikan citra diri seorang mahasiswa yang notabene haruslah beretika di samping memiliki intelektual yang penuh retorika.

Subhanal malikil qudduus...

Salat tarawih telah usai, ketiga sahabat itu kembali ke kandangnya lagi, kembali ke aktivitasnya masing-masing. Saya yang payah dan lapar memutuskan untuk makan kemudian rehat, dua sahabat yang lain sibuk tenggelam dengan dunianya masing-masing. Entahlah...

Sahuuurr...

Saya yang tidur terjaga dengan penuh makanan di hadapan saya, masakan khas anak kos-kosan dengan racikan jemari tak mulus sahabat Makruf dan Fatan. Agak sungkan kecil, lah nggak ikut masak kok tiba-tiba ikut makan. Hadeh...

Sahur bersama, meski makanan sederhana, lauk mie, omlette, tahu, terong dan sambal, tambahkan teh hangat berwadah panci--karena wadah untuk tehnya lagi LDR dan belum kembali--tapi kenikmatan dan kehangatan terasa sekali.

Menjelang Magrib.

Sahabat Makruf kembali ke rumahnya, pulkam, tersisa saya dan sahabat Fatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline