Lihat ke Halaman Asli

Achmad Azkiya

Pekerja Lepas

Pentingnya Kemudi bagi Pribadi Pemuda-pemudi

Diperbarui: 26 Desember 2021   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia." Pernah dengar kalimat mengesankan ini, bukan?

Ya, kalimat di atas memang terlihat sangat berlebihan, penuh gula. Tapi kalau direnungkan secara sederhana, memang benar adanya.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa bangsa kita yang dulu pernah diinjak-injak para penjajah, tidak lain tidak bukan menjadi merdeka sebab turun tangannya para pemuda.

Bagaimana Soekarno muda mampu menggerakkan semangat para pemuda lainnya dengan orasinya yang menggugah. Juga Hatta muda yang meski seandainya hidup di luar negeri bisa kaya bahagia, tapi dia rela meninggalkan itu demi memperjuangkan bangsanya yang masih terlunta-lunta.

Tentunya bukan hanya peran mereka berdua saja. Juga semangat pemuda-pemudi lain dalam memperjuangkan hak kemerdekaan bangsanya. Bagaimana perjuangan seorang Cut Nyak Dien melawan Belanda, bagaimana perjuangan Dewi Sartika memulihkan pendidikan pemudi lewat sekolah yang didirikannya.

Ini tidak lain karena pemuda-pemudi seperti mereka memiliki kemudi dalam hidupnya, mempunyai arah yang jelas dalam menggapai mimpinya.

Baiklah, itu semua sejarah. Masa lalu. Telah terjadi. Puluhan tahun yang lalu.

Yang jadi pertanyaan sekarang adalah kita. Kita? Ya, kau dan aku. Bagaimana kita sebagai pemuda-pemudi bisa meneladani sikap dan perjuangan mereka.

Lho, tapi kan sekarang nggak ada penjajah? Itu betul. Benar. Namun inilah yang paling sulit dari perjuangan kita sendiri. Bagaimana kita melawan diri kita sendiri. Melawan kemalasan. Melawan hobi menyontek saat ujian. Melawan ketidakjujuran. Malah justru perlawanan inilah yang lebih sulit juangnya dibanding perang melawan orang lain.

Mari kita sebagai pemuda-pemudi janji kepada diri sendiri. Tidak mudah lembek nurut pada nikmat saat sesaat yang sesat. Mulai berubah. Mendengarkan nurani. Menelateni hobi.

Tidak lagi resah atas komentar orang lain. Ini hidup kita, mimpi kita, masa depan kita. Mari perjuangkan dengan segenap tenaga dan jiwa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline