Pengalaman baik selama mengikuti program Asistensi Mengajar (AM) di SMA Negeri 9 Malang memberikan banyak kesan mendalam dan pelajaran berharga bagi saya sebagai seorang calon pendidik. Program ini tidak hanya menjadi wadah untuk menerapkan teori pendidikan yang telah dipelajari di bangku kuliah, tetapi juga kesempatan untuk membangun hubungan yang bermakna dengan siswa, rekan guru, dan lingkungan sekolah. Dalam esai ini, saya akan membagikan pengalaman saya selama menjalani program AM di SMA Negeri 9 Malang, mulai dari proses adaptasi, tantangan, hingga pencapaian yang saya raih.
Adaptasi dengan Lingkungan Sekolah
Hari pertama menjalani program AM di SMA Negeri 9 Malang memberikan campuran perasaan antusias dan gugup. Saya disambut dengan ramah oleh kepala sekolah, guru-guru, dan siswa. Proses adaptasi dimulai dengan mengenal struktur organisasi sekolah, jadwal pelajaran, serta kebijakan dan budaya yang diterapkan. SMA Negeri 9 Malang memiliki atmosfer pendidikan yang inklusif dan disiplin, yang membuat saya merasa diterima dengan hangat.
Salah satu momen adaptasi yang berkesan adalah ketika saya diajak untuk mengikuti rapat guru. Dalam rapat ini, saya mendapatkan gambaran jelas mengenai tujuan sekolah dan bagaimana guru bekerja sama untuk mencapainya. Saya juga diperkenalkan dengan wali kelas dan beberapa guru senior yang memberikan arahan serta saran dalam menjalani peran saya sebagai asisten pengajar. Dengan bimbingan mereka, saya semakin percaya diri untuk berinteraksi dengan siswa dan menjalankan tugas saya.
Interaksi dengan Siswa
Berinteraksi dengan siswa menjadi pengalaman yang sangat menarik dan penuh warna. Di awal, saya merasa canggung untuk mendekati mereka karena kekhawatiran akan diterima atau tidaknya saya sebagai seorang pendidik. Namun, dengan pendekatan yang ramah dan sabar, saya mulai membangun hubungan yang baik dengan para siswa.
Salah satu kelas yang saya ampu adalah kelas XI Fisika A. Di kelas ini, saya menemukan keberagaman karakter siswa, mulai dari yang aktif bertanya hingga yang pendiam. Saya belajar untuk memahami keunikan masing-masing siswa dan menyesuaikan gaya mengajar saya agar dapat menjangkau mereka semua. Contohnya, untuk siswa yang cenderung pendiam, saya memberikan dukungan ekstra dengan memberikan kesempatan mereka berbicara di depan kelas dalam suasana yang santai. Sementara untuk siswa yang aktif, saya mengarahkan energi mereka pada diskusi kelompok atau kegiatan yang membutuhkan kreativitas.
Hal lain yang membuat interaksi ini berkesan adalah kegiatan mentoring di luar jam pelajaran. Dalam beberapa kesempatan, siswa meminta bantuan saya untuk memahami materi pelajaran tertentu yang mereka anggap sulit. Saya merasa sangat dihargai ketika mereka menunjukkan rasa terima kasih setelah saya berhasil membantu mereka memahami topik yang sebelumnya sulit dikuasai.
Inovasi dalam Metode Pengajaran
Selama mengikuti program AM, saya berusaha untuk menerapkan metode pengajaran yang inovatif. Salah satu pendekatan yang saya gunakan adalah pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Saya memberikan tugas kepada siswa untuk membuat presentasi tentang dampak teknologi terhadap kehidupan sehari-hari. Tugas ini tidak hanya melibatkan kemampuan akademik mereka, tetapi juga mengasah keterampilan komunikasi, kerja sama, dan kreativitas.
Selain itu, saya juga memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Dengan menggunakan aplikasi presentasi interaktif, saya mampu menarik perhatian siswa dan membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Respon mereka sangat positif, dan beberapa siswa bahkan memberikan masukan untuk materi-materi selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka merasa terlibat dalam proses belajar-mengajar.