Lihat ke Halaman Asli

(Puisi) Lampu Merah di Tengah Kota

Diperbarui: 16 Maret 2016   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="(skyscrapercity.com)"][/caption]Di setiap lampu merah,
aku melihat potret kehidupan yang nyata.
Perjuangan meniti hari demi hari
dengan harapan yang terus menggantung
dan sekaligus rasa pesimis tak berbendung.
Aku melihat kamar tidur
beralaskan hangatnya tanah dan rerumputan
ditemani magisnya rembulan sebagai teman.
Aku melihat sebuah keluarga
bercanda dalam gelap yang timbul dari asap
dan kerakusan manusia perkotaan.
Aku melihat sebuah taman bermain
yang terbuat dari tiang-tiang lampu
dan setumpuk koran bekas terbitan kemarin.
Aku melihat naungan paling rindang
berupa beton dan tiang-tiang kukuh
yang dibangun dari uang makan mereka.
Aku melihat surga metafora
yang muncul dalam setiap hirupan nafas hidup
sebagai bentuk pelarian dari problema.
Di setiap lampu merah, aku melihat
bentuk kehidupan paling nyata dan
perjuangan hidup paling keras dalam
sebuah sirkulasi kehidupan perkotaan.

- Makassar, Januari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline