[caption caption="(skyscrapercity.com)"][/caption]Di setiap lampu merah,
aku melihat potret kehidupan yang nyata.
Perjuangan meniti hari demi hari
dengan harapan yang terus menggantung
dan sekaligus rasa pesimis tak berbendung.
Aku melihat kamar tidur
beralaskan hangatnya tanah dan rerumputan
ditemani magisnya rembulan sebagai teman.
Aku melihat sebuah keluarga
bercanda dalam gelap yang timbul dari asap
dan kerakusan manusia perkotaan.
Aku melihat sebuah taman bermain
yang terbuat dari tiang-tiang lampu
dan setumpuk koran bekas terbitan kemarin.
Aku melihat naungan paling rindang
berupa beton dan tiang-tiang kukuh
yang dibangun dari uang makan mereka.
Aku melihat surga metafora
yang muncul dalam setiap hirupan nafas hidup
sebagai bentuk pelarian dari problema.
Di setiap lampu merah, aku melihat
bentuk kehidupan paling nyata dan
perjuangan hidup paling keras dalam
sebuah sirkulasi kehidupan perkotaan.
- Makassar, Januari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H