Lihat ke Halaman Asli

Achmad Fahad

Seorang penulis lepas

Tepi Barat Kisah Perjalanan Sang Mata-mata

Diperbarui: 17 November 2024   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Milik Pribadi

3

Kepalaku teras berat dan pusing manakala aku berusaha membuka mata. Dengan perlahan aku memiringkan tubuhku ke arah kanan untuk mengambil telepon genggam yang aku letakkan di atas meja rias tepat di samping tempat tidurku. Aku mengetuk layar sebanyak dua kali hingga layar kembali menyala. Setelah layar kembali menyala, aku dapat melihat jika sekarang sudah pukul delapan pagi. Aku harus memaksa tubuhku bangun dari tempat tidur dan membersihkan diri di kamar mandi. Karena aku harus segera keluar dari hotel dan pergi menuju ke sebuah dermaga untuk memulai perjalanan kembali ke Israel dengan menggunaka kapal motor. Sejauh ini aku masih belum mendapatkan informasi apa pun mengenai jalannya operasi yang sedang berlangsung. Setelah turun dari tempat tidur, aku mulai berjalan perlahan menuju ke kamar mandi dan mulai membersihkan diri dengan air dingin.

   Setelah selesai membersihkan diri dan berganti dengan pakaian bersih. Aku segera merapikan kembali kamar tempat di mana aku menginap selama beberapa hari ini. Aku tidak ingin meninggalkan petunjuk apa pun yang bisa mengarahkan seseorang kepadaku dan akhirnya membongkar siapa aku sebenarnya. Setelah merasa yakin tidak ada petunjuk apa pun yang bisa menuntun ke arah pengungkapan identitasku yang sesungguhnya. Aku mulai berjalan menuju ke pintu kamar, membukanya lalu mulai berjalan santai menuju ke meja resepsionis yang berada di lobi hotel untuk mengembalikan kunci kamar. Setelah aku mengembalikan kunci kamar kepada petugas resepsionis yang selalu tersenyum ramah, aku berjalan dengan santai menuju ke pintu keluar hotel dan segera disambut dengan sinar matahari musim panas yang menyilaukan mata.

   Aku segera memakai kacamata hitam untuk menghalau sinar matahari yang membuat kepalaku kembali terasa pusing. Aku segera berjalan menuju ke deretan taksi yang sedang terparkir menunggu penumpang. Aku memilih taksi yang terdepan, masuk ke kursi penumpang dan memberi tahu sopir ke mana tujuanku. Taksi mulai berjalan perlahan meninggalkan area parkir Hotel Continental dan masuk ke jalan raya utama yang ada di kota Siprus. Taksi yang aku tumpangi berjalan perlahan karena siang itu jalanan di pusat kota Siprus tengah dipadati oleh kendaraan yang berlalu-lalang. Selama perjalanan aku hanya duduk bersandar di kursiku sambil pandanganku memandang ke luar jendela taksi. Sebenarnya banyak yang bisa dilihat dari pulai kecil yang menarik ini. Akan tetapi, saat itu pikiranku masih berkecamuk menanti bagaimana hasil dari operasi yang sedang berjalan. Sampai sejauh ini aku masih belum mendapat kabar apa pun dari beberapa pihak yang terlibat dalam operasi ini,

   Aku baru menyadari jika taksi yang aku tumpangi saat ini sedang berjalan menyusuri jalanan pinggir pantai yang dipenuhi dengan berbagai jenis kapal dan ukuran yang tengah ditambatkan. Itu artinya tidak lama lagi aku akan tiba di tempat tujuan. Sopir taksi yang aku tumpangi mulai berbelok masuk ke sebuah Pelabuhan Internasional Limassol dan kemudian berhenti di terminal keberangkatan. Aku segera turun dari taksi beserta barang bawaanku dan segera berjalan menuju ke sebuah tempat di mana kapal-kapal pribadi sedang ditambatkan. Saat ini aku sedang mencari sebuah kapal dengan nama lambung 'Sang Helena' yang akan membawaku keluar dari Siprus. Dengan hati-hati aku memerhatikan setiap nama lambung kapal yang saat itu sedang ditambatkan hingga akhirnya aku berhasil menemukan kapal yang sedang aku cari. Aku segera menuju ke tangga kapal lalu menaikinya hingga sampai di buritan kapal.

   Setelah aku berada di buritan kapal, seorang pria paruh baya berusia awal 50-an datang menghampiriku dari balik ruang kemudi kapal. Kami langsung bersalaman bagaikan seorang sahabat yang sudah lama tidak pernah berjumpa. Setelah bersalaman singkat, pria paruh baya tersebut mempersilakan aku untuk masuk ke dalam kapal. Aku segera berjalan menuju ke pintu masuk kapal dan duduk di salah satu ruang yang dilengkapi dengan pendingin udara. Sedangkan pria paruh baya segera menuju ke ruang kemudi untuk memberi informasi kepada otoritas pelabuhan bahwa kapal dengan nama lambung 'Sang Helena' meminta izin untuk meninggalkan Pelabuhan Limassol. Setelah memberi tahu pihak otoritas Pelabuhan Limassol, pria paruh baya tersebut bergegas kembali untuk menemui tamunya di ruang santai yang ada di kapal Sang Helena.

   "Perkenalkan nama saya Yakov," ujarnya sambil duduk di kursi sofa lalu tangannya mulai membuka tutup botol minumannya.

   "Nama saya Haim," kataku menjawab. "Apakah kita sudah mendapat izin untuk meninggalkan Pelabuhan Limassol?" imbuhku.

   "Pihak otoritas pelabuhan sudah memberi izin kita berlayar. Akan tetapi, ada beberapa hal yang harus kita selesaikan terlebih dahulu." Ia tersenyum kepadaku sambil meminum vodka yang dicampur dengan es batu.

   "Apakah ini sesuatu yang perlu dikhawatirkan?" aku bertanya kepadanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline