9
Sambil menunggu Usman datang, Vanesa dan Ricky berjalan menuju ke sebuah bongkahan batu besar yang berada di depan rumah seroang warga, keduanya lalu duduk berdampingan di atas bongkahan batu besar itu. Berdua mereka mengamati lalu-lalang kendaraan yang melintas di jalan raya sambil pikiran mereka berkelana karena terbuai oleh suasana juga keadaan yang ada di daerah Donomulyo.
Tidak berapa lama Usman datang dengan membawa dua cangkir kopi panas dan satu gelas teh panas untuk Vanesa. Kemudian, ketiga sahabat itu meminum kopi dan teh panas untuk mengusir hawa dingin yang menggelayuti tubuh mereka. Setelah itu tidak ada lagi yang berbicara, seolah mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Setelah mereka menghabiskan minuman teh panas beserta kopi panas, Usman segera berjalan kembali ke warung untuk mengembalikan gelas beserta cangkir kopi yang telah kosong dan membayarnya. Setelah Usman kembali ke tempat Vanesa dan Ricky duduk, barulah ketiga sahabat itu melanjutkan perjalanan menuju ke penginapan yang telah Ricky pesan sebelumnya.
&&&
10
Pagi ini Ricky kembali duduk di balik kemudi mobil untuk melanjutkan sisa perjalanan, dan terlihat Ricky begitu bersemangat untuk segera sampai ke tempat penginapan agar bisa langsung beristirahat sebelum melakukan penelusuran pada malam harinya. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih lima belas menit, akhirnya mobil yang dikemudikan Ricky berbelok masuk ke halaman parkir sebuah penginapan dengan papan nama bertuliskan "Penginapan Dahlia". Mobil Toyota Avanza yang dikemudikan oleh Ricky akhirnya berhenti di tempat parkir, kemudian Ricky beserta ketiga sahabatnya segera turun dari mobil. Pagi ini cuaca yang awalnya terlihat cerah dengan cahaya kuning keemasan matahari, dalam waktu singkat telah berubah menjadi mendung gelap yang sepertinya tidak lama lagi akan turun hujan.
Ricky beserta ketiga sahabatnya segera mengambil barang bawaan dari bagian belakang mobil. Setelah itu, mereka bersama-sama berjalan menuju ke serambi depan Penginapan Dahlia yang berbentuk seperti bangunan tua dengan tiang-tiang penyangga dari kayu yang terawat dengan baik, di sini juga terdapat beberapa kursi rotan yang ditata menghadap ke area parkir agar para pengunjung dapat duduk bersantai sambil menikmati suasana di sekitar Penginapan Dahlia. Di serambi depan juga terdapat sepasang pintu geser dari kayu yang terbuka dan pintu ini langsung menuju ke bagian dalam penginapan. Keempat sahabat itu berjalan santai masuk menuju ke bagian dalam Penginapan Dahlia. Di bagian dalam Penginapan Dahlia, terdapat sebuah lukisan yang menggambarkan sebuah tepian sungai yang berarus deras dengan bongkahan batu-batu besar yang berada di tengahnya dengan berlatar belakang hijau serta rimbunya hutan yang tergantung di dinding, terdapat kipas angin yang menggantung di langit-langit ruangan, di sebelah kiri terdapat satu set sofa dengan sebuah meja kecil di tengahnya yang dapat digunakan untuk bersantai para tamu; sedangkan di ujung ruangan yang menghadap ke arah pintu masuk terdapat sebuah meja persegi panjang dengan beberapa piagam penghargaan yang terpasang di dinding yang berada di belakangnya, dan meja ini merupakan tempat penerimaan tamu serta pengambilan kunci kamar. Keempat orang itu segera berjalan menghampiri meja penerima tamu. Dan sesampainya mereka di depan meja penerima tamu, mereka langsung disambut oleh seorang petugas wanita cantik berusia akhir tiga puluhan dengan mengenakan seragam yang terlihat serasi.
"Selamat pagi dan selamat datang di Penginapan Dahlia para tamu yang kami hormati. Apakah ada yang bisa saya bantu?" kata petugas muda itu dengan sopan dan senyum ramah yang selalu menghiasi wajahnya.
"Pagi ini saya beserta teman-teman saya akan melakukan Chek in. Saya sudah melakukan pemesanan dua kamar standar untuk hari ini," jawab Ricky dengan santai.
"Kalau boleh saya tahu, dengan nama siapa pemesanan dua kamar standar kemarin dibuat?" tanya petugas muda itu lagi.
"Kemarin saya memesan dengan menggunakan nama 'Ricky'."