Pernahkah Anda makan pecel lele yang dijual di pinggir jalan atau dijual di sekitar alun-alun? Pernah bukan? Pecel lele tidak terlepas dari bahan utamanya yaitu ikan lele. Ikan lele merupakan komoditas ikan air tawar yang asalnya dari Benua Afrika yaitu lele dumbo (Clarias gariepinus) dan lele lokal (Clarias batrachus). Secara umum, ikan lele mempunyai tubuh licin, berlendir, tidak memiliki sisik, bersungut, dan berkumis. Untuk habitatnya sendiri, ikan lele banyak hidup di perairan air tawar, pada dataran rendah, hingga perairan sedikit payau. Ikan ini bersifat nokturnal dan merupakan pemakan hewan/bangkai yang disebut dengan carnivorousscavanger.
Pembudidayan ikan lele di Indonesia sudah berkembang pesat terutama di Pulau Jawa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti ikan lele ini bisa dibudidayakan di lahan dan sumber airnya terbatas dengan padat tebar tinggi. Alasan kedua yaitu teknologi pembudidayaannya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat Indonesia. Selanjutnya, pemasaran lele relatif mudah seperti dijual ke pedagang pecel lele, dibuat abon, tepung, dsb. Alasan selanjutnya yaitu modal usaha budidaya lele relatif rendah dan sedikit. Terakhir, waktu usahanya tidak terlalu lama sampai pemanenan. Usaha budidaya ikan lele sangatlah menguntungkan karena punya nilai ekonomi yang cukup tinggi, tidak perlu perawatan yang rumit, merupakan penghasil protein yang tinggi, harga jual terjangkau di pasaran dibanding ikan lain, dan mudah didapat di pasaran/tidak langka.
Di era yang modern sekarang ini, sistem budidaya lele tidak hanya melulu dengan kolam terpal, karamba jaring apung, karamba jaring tancap, dll. Semakin berkembangnya zaman dan dibarengi dengan teknologi terbarukan, ikan lele ini bisa dibudidayakan dengan sistem bioflok. Apa itu sistem bioflok?
Bioflok berasal dari kata “bios” yang berarti kehidupan dan “flok/flock” yang artinya gumpalan. Oleh karena itu, bioflok adalah kumpulan dari banyak individu/organisme seperti bakteri, algae, jamur, cacing, protozoa, dan lainnya yang tergabung dalam bentuk gumpalan atau flok. Sistem bioflok berarti memperbanyak bakteri/mikroba menguntungkan ke dalam media budidaya ikan seperti lele. Hal ini bertujuan memperbaiki dan menjaga kestabilan mutu air, menekan perkembangan bakteri yang merugikan/bersifat patogen, menekan senyawa beracun seperti amoniak, sehingga ikan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Suprapto, 2013).
Terdapat beberapa langkah budidaya ikan lele dengan sistem bioflok yaitu pembuatan kolam, persiapan kolam, penebaran benih, manajemen pakan, dan pengelolaan air. Mari kita bahas satu per satu langkah tersebut!
A. Pembuatan Kolam
Kontruksi kolam sistem bioflok sendiri dapat terbuat dari beton, terpal, bahkan fiber. Berikut merupakan alat dan bahan pembuatan kontruksi kolam bundar berbahan plastik dengan rangka besi anyaman (besi wiremesh) :
- Besi anyaman diameter 6 mm untuk rangka dinding kolam
- Fiber tipis 2 mm untuk pelapis dinding
- Plastik/terpal untuk dinding dan dasar kolam
- Knee 2 buah & pipa PVC 2 inchi
- Sealer atau lem
- Gunting
- Gergaji besi
B. Persiapan Kolam
1. Pengisian Air
Sebelum diisi air sampai penuh dengan ketinggian 80-100 cm, kolam terlebih dahulu disterilisasi dan dilakukan pengeringan juga desinfeksi dengan kaporit 10 %.