Lihat ke Halaman Asli

Mencintai Diri Sendiri

Diperbarui: 10 Desember 2022   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Designed by Freepik

Ditengah perkembangan teknologi yang semakin pesat, sosial media menjadi bagian dari hidup kita yang tidak terpisahkan, disitu orang-orang berbagi cerita, dari banyak story mereka menampilkan kebahagiaan dengan pasanganya, anak maupun keluarga. 

Banyak cerita kesuksesan di usia muda, kemudian pernikahan yang sempurna di tampilkan dalam bingkai video cinematic yang sering kali membuat kita akhirnya manjadi membanding-bandingkan dengan kondisi hidup kita yang sepertinya kok segini-gini saja. Kita menjadi merasa rendah dan mengutuk diri, kenapa kita tidak bisa menjadi seperti orang lain. 

Paling tidak kita ingin mendekati dengan mengikuti gaya yang viral, tempat yang viral dan lain sebagainya yang akhirnya kita mencoba kejar semata agar sama dengan yang lain. 

Kita ingin diakui, haus perhatian. Kita akirnya melakukan apa yang orang lain ingin kita lakukan, kita berusaha tampil sempurna dihadapan orang lain dan demi orang lain. Namun yang terjadi kita malah semakin hampa untuk mewujudkan karena kita tidak bisa menyenangkan semua orang, kita semakin sensitive terhadap kritikan orang, bila kita di puji kita semakin jumawa. 

Kita lupa tempat kita berpijak dan terombang-ambing dalam badai pengakuan dan haus perhatian demi meraih cinta orang lain semata, namun ada kontradiksi disini karena sebenarnya Ketika kita tidak mencari cinta dari luar, orang lain akan melihat bahwa kita sudah pantas dicintai. Orang-orang lebih suka pada seseorang yang menjadi diri sendiri.

Mengutip filsafat stoik, dalam hidup kita ada bagian-bagian yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak bis akita kendalikan. Apa yang bisa kita kendalikan biasanya ada pada diri kita yang bisa sewaktu-waktu kita bisa ubah seperti reaksi kita terhadap suatu peristiwa, perilaku kita dan omongan kita. Apa yang tidak bis akita kendalaikan biasanya ada pada orang lain, baik perasaan orang lain, prasangka dan hal lain yang kita tidak bisa menjangkau. 

Orang yang mencintai diri adalah orang yang sadar dan tau batas mana yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak. Mana yang masih bisa dikembangkan dan mana yang sudah mentok.  Kesadaran tau batas berasal dari rasa menerima diri sendiri apa adanya, baik kekurangan maupun kelebihan sehingga kita bisa menemukan keunikan diri kita. Mencintai diri adalah syarat untuk kitab isa tulus mencintai orang lain.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline