Lihat ke Halaman Asli

Senang Melihat Orang Lain Senang

Diperbarui: 7 November 2015   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

SENANG MELIHAT ORANG LAIN SUSAH, SUSAH MELIHAT ORANG LAIN SENANG.

 

Saya ga mau bilang ini cerita atau kisah tentang apa dan siapa. Mungkin para pembaca juga sudah tahu apa yang nanti akan saya ceritakan. 

Membaca sebuah kejadian minggu ini, yang terjadi di sebuah tempat di negeri ini, hati saya.... sekali lagi, hati saya.... merasa emosional.... yaa emosional, tapi bukan emosi. Entah apa sebenarnya yang sedang berlaku, saya pun atau pembaca yang lain pun yang sama-sama "cuma" membaca dari media, mungkin hanya tahu dari berita yang beredar belakangan saja. Tanpa pernah berkesempatan untuk melihat langsung kejadian dan latarbelakang kejadian tersebut. Jadi, saya juga akan menulis hanya berdasarkan apa yang saya baca saja, khususnya komentar- komentar dari para pembacanya.

Alkisah, di suatu tempat, di pinggiran ibu kota, katanya... ada satu keluarga nan miskin tapi beranak banyak, yang untuk menenangkan anaknya yang merengek minta makan karena lapar, si ibunya harus berpura-pura memasak makanan. Kemuadia mereka mendapatkan bantuan dari seorang aparat setempat beserta jajaran terkait, lalu berubahlah kehidupannya sekarang. Dari panjang lebarnya kisah keluarga tersebut, munculah komentar dari para pembaca kisah tersebut.  Ada yang salut dan mengapresiasi bapak aparatnya yang MAU mengulurkan bantuan serta tenaga dan waktunya kepada keluarga tersebut. Ada juga yang mengucapkan selamat kepada keluarga yang ditolong. Tapi, yang paling banyak,yang saya baca adalah komentar yang ditujukan kepada bapak kepala keluarga yang miskin tersebut. Mungkin lebih banyak komentar "miring" ditujukan ke si bapak dari keluarga miskin tersebut. 

Saya tidak ingin mengomentari aparat yang baik budi atau keluarga yang miskin tersebut, atau para komentatornya.

Yang ingin saya tulis adalah....

PERTAMA 

Bapak aparat dan jajarannya menurut saya adalah arti sesungguhnya  dari sebuah peribahasa: "Dimana ada kemauan, disitu pasti ada jalan".

Contoh untuk seorang pemimpin, manakala melihat banyak masalah, jika saja mereka mau... maka pastilah ada jalan keluar terbaiknya. Bagaimana, seorang aparat yang sampai tidak bisa tidur, katanya, hanya untuk memikirkan supaya bisa menolong keluarga yang miskin tersebut. Sampai akhirnya dia menemui berbagai pihak terkait agar bisa membantu mencarikan jalan keluarnya. Dan ternyata, asalkan diniatkan dengan keyakinan yang ikhlas hanya untuk berbuat yang terbaik, jalannya pun dimudahkan oleh Tuhan YME. Ini tentu menjadi simbol dan contoh terbaik buat seorang pemimpin yang ingin memperbaiki kehidupan mereka yang dipimpinya.

KEDUA 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline