Lihat ke Halaman Asli

Merawat Kesehatan Mental dengan Terapi Muhasabah

Diperbarui: 9 Januari 2024   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Merawat Kesehatan Mental dengan Terapi Muhasabah

Merawat kesehatan psikis tidak kalah pentingnya dengan kesehatan biologis . Terlebih dengan arus kehidupan era modern yang disampingnya terdapat berbagai tekanan dan tuntutan . Mengintip dari data-data saat ini kondisi kesehatan mental di Indonesia 1 dari 3 anak muda (34.9 %) memiliki 1 masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir .Lalu 1 dari 20 anak muda (5.5%) memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Gangguan cemas merupakan gangguan mental yang paling banyak dialami oleh anak muda, 32, 06% Laki-laki dan 42, 61% Perempuan anak muda Indonesia mengalami perundungan (bullying) sepanjang hidupnya. Dan hanya kurang 3% yang mendapatkan bantuan . 

Lebih dari 1/3 laki-laki dan hampir 1/2 perempuan anak muda Indonesia setidaknya pernah mengalami satu bentuk kekerasan atau lebih sepanjang hidupnya. Hanya 2.6% dari anak muda dengan masalah kesehatan mental yang pernah mengakses konseling dalam 12 bulan terakhir . Angka-angka yang tidak rendah ini menjadi persoalan yang sama-sama harus kita selesaikan, salah satu pendekatan yang semakin banyak diterapkan untuk merawat kesehatan mental adalah terapi muhasabah. Terapi ini bukan hanya sekadar metode introspeksi, tetapi juga suatu cara untuk mendalami dan memahami diri secara mendalam . 

Muhasabah sangat dianjurkan dalam Islam, agar senantiasa kita mampu memperbaiki diri dari sebelumnya agar tergolong ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, maka perlu adanya kita menilik ke dalam diri sendiri apa kekurangan yang perlu kita perbaiki lagi . Seperti yang Allah firmankan dalam Surat Al-Hasyr ayat 18 : 

,

" Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Menilik ayat diatas perintah muhasabah diri Ia anjurkan kepada setiap hamba-Nya . Maka perlu kita implementasikan perenungan ini yang tidak hanya sekadar merenung kemudian berhenti dan menganggap selesai sudah semua urusan, tetapi merupakan bagian dari proses renungan untuk melakukan koreksi, sarana pengendalian emosi, mengolah keseimbangan jiwa, dan membangun pendekatan yang harmonis antara makhluk dengan sang Khaliq-Nya .  

Menurut Muhammad Al-Ghazali, mengemukakan bahwa Muhasabah adalah sikap mengevaluasi diri sendiri untuk menata ulang hidup, memilah sifat-sifat yang seharusnya dimiliki dan dijaga serta yang seharusnya dihilangkan . Konsep muhasabah diri dari Imam al-Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumiddin adalah selalu memikirkan, memperhatikan serta memperhitungkan apa yang telah diperbuat dan apa yang akan diperbuat. Muhasabah diri merupakan satu proses penyucian jiwa agar terhindar dari kelalaian, dan mengingatkan kembali akan dosa serta aib diri yang telah dilakukan supaya tidak diulangi lagi kesilapan yang sama sekaligus mendekatkan diri kepada Allah . 

Dalam terapi muhasabah kita memperoleh gambaran tentang ketenangan dan kedamaian dalam jiwa , sugesti yang mendorong ke arah hidup yang lebih bermakna dan keduanya tidak akan kita dapatkan jika terapi muhasabah ini ditunda-tunda apalagi tak pernah dilakukan . 

Muncul pertanyaan apa yang akan terjadi jika kita tidak pernah melaksanakan muhasabah diri? 

Pertama , Menutup Mata terhadap Konsekuensi Perbuatan, kesalahan dan dosa yang dilakukan seseorang memiliki konsekuensi, baik di dunia maupun akhirat. Melalui muhasabah, seseorang dapat menyadari akibat-akibat tersebut dan menghindari perbuatan dosa. Sebaliknya, tanpa muhasabah, seseorang cenderung mengabaikan konsekuensi buruk dari perbuatan buruknya terhadap diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Kedua , Larut dalam Kondisi Tanpa Kendali , tanpa muhasabah seseorang dapat terjerumus dalam keadaan yang tidak terkendali, di mana ia menjadi terpengaruh oleh kondisi sekitarnya, kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Hal ini dapat menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran diri saat senang dan putus asa saat menghadapi kesulitan. Ketiga, Mengandalkan Ampunan Tanpa Tawbah, meskipun setiap orang berdosa mengharapkan ampunan dari Allah, tanpa muhasabah, seseorang mungkin hanya mengandalkan ampunan tanpa melakukan tawbah. Tawbah memerlukan kesadaran kesalahan, penyesalan, dan tekad untuk tidak mengulanginya, yang semuanya terwujud melalui muhasabah. Dan terakhir, Kemudahan dalam Melakukan Dosa, muhasabah membuat seseorang lebih takut untuk melakukan dosa dan tidak mudah meremehkannya. Tanpa muhasabah, kemungkinan besar seseorang akan dengan mudah melakukan dosa dan meremehkannya, merasa bahwa dosa tersebut tidak berbahaya dan tanpa konsekuensi. Sebaliknya, individu yang berprinsip muhasabah akan menangani setiap dosa, sekecil apapun, dengan penyesalan yang mendalam dan tekad untuk tidak mengulanginya .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline