Lihat ke Halaman Asli

Jalan Keluar dari Sulitnya Distribusi Film Alternatif

Diperbarui: 9 Juli 2015   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak banyak orang yang minat dengan film alternatif. Apalagi film alternatif lokal. Masyarakat lebih senang dengan film-film yang disajikan di bioskop-bioskop komersil, itupun film-film Box Office yang diimport dari AS sana.

Alhasil tidak banyak pula kesempatan bagi film alternatif untuk berkembang. Apalagi film alternatif lokal.

Saya nemu artikel menarik perihal masalah ini, judulnya "INDIE CINEMA LACKS SCREENING VENUES" oleh The Jakarta Post. Disitu disebut kalau di Jakarta hanya ada dua bioskop alternatif; Kineforum dan Paviliun 28, dan “There are only 17 alternative cinemas out of 218 cinemas nationwide.”

Ya sudahlah, kita lewatkan bagian yang miris itu. Yang ingin saya highlight di tulisan ini adalah, bagaimana sekarang ada banyak pihak yang secara kreatif memiliki jalan keluar untuk membantu kelancaran distribusi film alternatif. Keren!

Beberapa yang disebut dalam artikel itu adalah proyek "The Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC)", "Bioskop Merdeka (Independent Cinema)" oleh Sidi Saleh, dan yang menurut saya paling menarik, "Buttonijo" oleh filmmakers Amir Pohan dan Myrna Paramita.

Saya pun mengulik-ngulik lebih dalam soal Buttonijo ini. Ternyata, Buttonijo adalah proyek (yang sekarang masih) berbasis online dimana pengunjung bisa streaming online atau download film-film alternatif lokal yang udah kerjasama dengan Buttonijo.com. Ini cara yang efektif sekali untuk perlahan-lahan mengenalkan film alternatif, sekaligus memajukan para pembuat film alternatif dengan memberi wadah distribusi karya-karya mereka.

[caption caption="Film-film yang sudah dan akan diperjualbelikan oleh Buttonijo"][/caption]

Bukan cuma itu, masih ada beberapa program menarik lain yang nantinya akan diluncurkan oleh Buttonijo dan merambah ke dunia offline juga!

Melihat para profesional dan ahli perfilman ini menelurkan berbagai jalan keluar untuk membantu penyebarluasan film alternatif lokal, saya jadi sedikit lebih percaya diri bahwa tak lama lagi Kineforum dan Paviliun 28 menjadi tempat yang lebih diminati daripada bioskop komersil. Dan mungkin akan muncul lebih banyak lagi bioskop-bioskop alternatif di Jakarta dan Indonesia yang ikut meramaikan + membantu distribusi film alternatif kita.

MAJU TERUS PERFILMAN TANAH AIR!

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline