Lihat ke Halaman Asli

Mengangkat "Dhemit", Mahasiswa Airlangga Ujian di Cak Durasim

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13914101191128099361

SURABAYA - CAK DURASIM

Ujian mata kuliah kini tak lagi hanya bisa diadakan di area kampus. Mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga ini “menjajal” pementasan teater Dramaturgi IX yang berjudul “Dhemit” di Gedung Kesenian Cak Durasim Surabaya, Jumat (10/01). Pementasan Dramaturgi yang digawangi oleh mahasiswa angkatan 2011 Jurusan Sastra Indonesia ini merupakan pementasan tahunan yang kesembilan kalinya. Puji Karyanto, S.S., M.Hum selaku Dosen Pengampu mata kuliah Dramaturgi dalam sambutannya menyatakan bahwa pementasan Dramaturgi ini merupakan pementasan ketiga yang di gelar di Gedung Kesenian Cak Durasim, Surabaya. “Hanya dengan waktu persiapan yang singkat, 13 minggu pertemuan, diantaranya 6 minggu laihan efektif, rekan-rekan mampu menampilkan suguhan yang mengesankan.” Ujar beliau seusai acara tersebut digelar.

CUPLIKAN. Salah satu potongan adegan dalam pementasan Dramaturgi IX oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga di Gedung Kesenian Cak Durasim Jumat (10/1).

Naskah karya Heru Kesawa Murti ini cukup ringan dan mampu “menembak” semua kalangan masyarakat dengan kritik-kritik sosial yang menggelitik melalui gambaran dua dunia, manusia dan para dhemit. “Saya dihadapkan dengan dua pilihan naskah, namun meskipun sulit, pada akhirnya saya memilih naskah ini dengan harapan opini masyarakat yang selalu menganggap bahwa film horor itu selalu berbau porno, bisa berkurang.” Ujar Azhar Bhasir, sutradara dalam pementasan Dramaturgi IX kali ini.

Dalam perannya sebagai Rajegwesi, Muhammad Hasan mampu menyuguhkan gambaran seorang kontraktor pembangunan yang sombong, dan semaunya sendiri. Disamping itu masih ada Firdhaus Budi sebagai Jin Pohon Waru yang berwatak bijak membawahi para “Dhemit” lain. Mereka berdua bersama delapan tokoh lain, Magisa Widyasari (Suli), Rudi Arga (Genderuwo), Anna Anggraeni (Wewe Gombel), Yuyun Pramita (Egrang), Mega Surya (Kuntilanak), Fajar Risky (Sawan), Lutfita (Sesepuh Desa), dan Hervina (Pembantu Sesepuh Desa) mampu membawa penonton tenggelam dalam teater yang syarat akan pesan sosial mengenai fenomena masyarakat belakangan ini yang menyalah-artikan kepercayaan terhadap makhlug – makhlug gaib.

“Mungkin ada sedikit kekeliruan dan kesalahan yang terjadi sepanjang pementasan, namun mengingat waktu persiapan yang singkat, saya rasa pementasan ini sudah berhasil. Yang terpenting adalah para talent yang 90% masih amatir ini mampu menghilangkan rasa grogi selama pentas dan mampu bermain dengan lepas.” Komentar Puji Karyanto, S.S., M.Hum dengan bangga dalam sambutannya seusai pementasan. Beliau berharap dengan talent yang selalu berganti tiap tahunnya, pementasan yang disuguhkan akan lebih baik lagi. Tampilnya Dramaturgi di Gedung Kesenian Cak Durasim untuk yang ketiga kalinya membuktikan suatu peningkatan prestasi Universitas Airlangga dengan adanya kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya ialah Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) sehingga Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga dapat bebas melenggangkan pementasan seni di Gedung Cak Durasim tanpa biaya apapun. (Cebz)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline