Lihat ke Halaman Asli

Jejak Langkah Pramoedya di Hari Buruh

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1367353740344892999

Pramoedya menuntun saya untuk terbang dan hidup di tanah Hindia tahun 1901, tepatnya di Betawi. Kami seperti sedang naik trem bersama menuju Weltevreden atau Gambir. Ketika kami melintas di Koningsplein atau lapangan Gambir, ia seperti sedang mengatakan sesuatu. "Lihat, di sepanjang jalan ada deeleman, grootbak, dos-a-dos (sado), bendy, landau, victoria, dogcart, penunggang-penunggang kuda dengan pakaian aneka ragam, juga sepeda." Ah, nikmat sekali saya membacanya. Pram berhasil membangunkan bulu-bulu imajinasi. Kini ia meloncat ke tema yang lain. Tentang sebuah sekolah bernama STOVIA, Scool tot Opleiding van Inlandsche Artsen, Sekolah untuk Pendidikan Dokter Pribumi. Jika kita menjadi eleve atau siswa di STOVIA tahun 1901, maka kita harus siap tinggal di asrama, siap dengan segala aturannya, setia mengenakan pakaian adat Jawa, tidak boleh mengenakan alas kaki, dan beberapa aturan lainnya. Pram begitu detail menuntun kita untuk mau berpikir secara sejarah. Di kesempatan yang lain, dia menginspirasi kita untuk menjadikan dunia tulis-menulis sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan. "Ilmu pengetahuan Tuan-tuan, betapapun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia - dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya. Kan begitu Tuan Jenderal?" Begitu panjang kisah yang dituliskan oleh Pram. Dalam jejak-jejak langkahnya, ada kita temui ajakan untuk tak berhenti belajar, tak lelah membaca, dan tak takut menulis. Setiap ketidaktahuan menghambat kemakmuran, itulah alasannya. Pram juga mengajak kita untuk mengenal lebih dekat lagi pada bangsa kita sendiri. Mempelajari sejarahnya, memahami peran di masyarakat luas, dan mengerti akan tujuan dari bangsa sendiri. Pram berkeyakinan, tak mungkin kita dapat mencintai negeri dan bangsa ini jika sama sekali tak mengenal sejarahnya. Di saat orang-orang liberal Belanda mendengungkan politik etis, Pram dengan lugas menanyakan kembali tentang kerja rodi. "Apakah dengan adanya politik etis, rodi juga akan dihapus?" Belanda memiliki argumentasi sendiri tentang kerja rodi. Bagi mereka, rodi adalah sistem kerja kolektif tradisional, yang dimanfaatkan untuk kepentingan negeri dan masyarakat setempat. Dia adalah pengganti iuran negeri, dengan nilai tujuh setengah sen sehari kerja. Hmmm, kalau mereka masih berpikiran bahwa rodi adalah sistem kerja kolektif, maka politik etis hanya akan menjadi konsep yang percuma. Kemudian dengan bahasa yang manis, Pram menguliti kebusukan-kebusukan kerja rodi, hingga pada penyakit akut bernama korupsi yang menjangkiti orang-orang Belanda, juga kaum priyayi. Dia memberi contoh kecil, tentang pengucilan sekaligus pengusiran kaum petani pribumi yang tak mau menyewakan tanahnya pada Pabrik Gula. Melihat pengucilan dan pengusiran itu, pihak kepolisian kolonial tidak pernah melakukan pengusutan. Sejarah selalu berulang, dengan latar dan kemasan yang berbeda. Dan semua yang dipaparkan Pramoedya, kembali terjadi pada masa kini. Buruh selalu dihadapkan pada kekuatan penguasa dan pemodal dan atau penguasa dengan penguasa. Hari ini, tepatnya 1 Mei 2013, Pramoedya kembali mengingatkan kita bahwa belajar itu bukan hanya kebutuhan, tapi penting. Dengan belajar kita jadi mengerti apa itu kebebasan, kesetaraan, dan kesaktian hidup kolektif. Ya, dalam jejak langkahnya, berkali-kali Pram mengulang ide untuk berserikat. Mustahil merdeka jika kita tidak bersatu padu. Jika kita berserikat, akan lebih mudah bagi kita untuk membangun sekolah-sekolah, memakmurkan perdagangan, menghargai kesetaraan, kerja bebas, hidup sejahtera, dan memuliakan diri sebagai manusia sesuai dengan kodratnya. Sedikit Tambahan Mengenang tujuh tahun kepergian Pramoedya Ananta Toer, 1 Mei 2006 - 1 Mei 2013 Selamat Hari Buruh Sedunia




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline