Lihat ke Halaman Asli

Setara Itu Indah

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mengawali hari ini dengan tiga hal. Menikmati kicau burung-burung liar, sinar mentari, dan secangkir kopi. Sekarang bertambah satu lagi, update status seorang kawan di jejaring sosial. Dia menulis petikan surat RA Kartini kepada Nyonya Zeehandelaar. Ah, pagi yang sempurna.

Ini dia yang dia tuliskan..

... Dan semasa kanak-kanak, laki-laki itu sudah diajar merendahkan derajat anak perempuan itu. Bukankah acapkali kudengar seorang ibu berkata kepada anaknya laki-laki, bila dia jatuh, lalu menangis,

"Cis anak laki-laki menangis tiada malu, seperti anak perempuan!"

Anakku laki-laki maupun perempuan, akan aku ajar, supaya menghargai dan pandang memandang samarata, makhluk yang sama, dan didikannya akan kusamakan benar; yakni tentu saja masing-masing menurut kodrat kecakapannya ....

- Petikan surat RA Kartini kepada Nyonya Zeehandelaar, 23 Agustus 1900 -

Saya merenungkannya. Tak lama kemudian saya teringat akan lirik lagu yang pernah saya ciptakan, berjudul setara itu indah. Lalu saya bayangkan RA Kartini melantunkan lirik-lirik ini.

Setara Itu Indah

Aku tercipta dari.. Dari tulang rusuk laki-laki
Tak jauh dari hati.. Tempat dimana cinta bersemi

Bukan dari telapak kaki.. Bukan dari ujung rambut ini
Semoga kau mengerti.. Arti dari filosofi yang sempurna ini

Setara itu indah.. Setara itu indah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline