Aneh, biasanya Bapak selalu melempar tanya tentang hal hal yang menurut beliau 'wah'. Kenapa kali ini tidak ya? Apakah Bapak tidak tertarik dengan Mesuji?
Ah Bapak, padahal saya sudah siap mental dengan pertanyaan itu.
Tadinya saya ingin mengawali jawaban dengan menceritakan kembali kisah kematian Chico Mendes di hutan Brasilia, desember 1988. Ya, ingin sekali saya obrolkan kisah itu, tentang perjuangan para penyadap karet Amazon yang rela mengorbankan nyawa demi menyelamatkan hutan. Akan saya katakan juga kepada Bapak bahwa saat itu mereka tidak sendiri. Dari Kalimantan hingga Kongo, rakyat sedang berjuang untuk membela tempat dimana mereka menghirup udara.
Demi mempersiapkan datangnya pertanyaan dari Bapak, saya rela menyegarkan kembali otak ini dengan segala hal kekurang benaran akan pemanfaatan hutan. Bahwa secara ekologis, penebangan hutan membawa bencana besar. Namun demikian, secara ekonomis hal itu jelas mempesona. Tapi.. Bapak tidak pernah bertanya.
Apakah harus saya yang bertanya kepada Bapak? "Pak, bagaimana dengan Mesuji?" Ah tidak tidak.. Saya tidak terbiasa bertanya. Lalu?
Akhirnya saya bertanya juga. Tidak saya dapati jawaban panjang lebar dari beliau (tadinya saya membayangkan bahwa ini akan membola salju). Singkat, tapi sukses membuat saya merenung.
"Nak, kita sebenarnya sudah tahu, bahwa dari segi lingkungan, cara hidup sekarang tidak dapat dipertahankan lagi.."
Hmmm, ternyata Beliau sudah paham benar tentang apa yang terjadi. Itulah kenapa Bapak tidak pernah bertanya tentang Mesuji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H