Lihat ke Halaman Asli

Ulul Rosyad

Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Ini Hanya Tentang Air

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Baru saja kemarau berlalu, itu artinya sulit air bagi sebagian daerah yang minim sumber airnya. Namun, dampak itu tidak dirasakan oleh sebagian daerah yang lain karena memang sumber air melimpah walau musim kemarau panjang sekalipun. Namun, itu tidak berlaku untuk daerah temapt saudara saya tingga. Desa Sidoharjo sebuah desa di kecamatan Senori, Tuban. Saya dapat merasakan bagaimana susahnya mendapatkan air di desa tersebut. Untuk mendapatkan satu jerigen air saja mereka harus berangkat pagi buta dengan harapan mendapatkan air yang bersih. Persoalannya hanya sebagian sumur tertentu saja yang masih memberikan sumber kehidupan itu dan itu artinya menjadi jujugan masyarakat sekitar. Terlambat sedikit, jangan berharap mendapatkan air yang bersih, air yang kemerahan bercampur dengan endapan tanah yang akan didapati. Disini perlunya peran pemerintah setempat untuk memecahkan permasalah masyarakat ini.

Membayangkan jerih payah masyarakat tempat saudara saya tinggal, bagaimana susahnya mendapatkan seember air yang layak minum. Jadi membayangkan jika dunia ini tanpa air, bumi kering kerontang, tidak ada hijau dedaunan, tidak pula buah-buahan. Hewan -hewan ternak tidak lagi mampu menyediakan daging dan susu yang segar, sebagian hidup hanya dengan kulit yang membalut tulang dan sebagi yang lain menjadi bangkai. Jika saja gambaran menegerikan diatas benar-benar sebuah kenyataan, maka nasib manusia tidak lebih beruntung dari hewan ternak yang nelangsa itu--menunggu maut yang datang perlahan-lahan dan meyakitkan. Saya rasa begitu juga bumi yang kita huni ini tidak mampu lagi menyediakan air bagi milyaran umat manusia yang hidup diatasmya dan milyaran lagi hewan serta tumbuhan diatasnya.

Air adalah sumber kehidupan bagi semua makhluk. Secara fisiologis, manusia dan semua makhluk diatas bumi ini membutuhkan air. Bahkan jasad manusia sendiri sepertiganya adalah air. Karenanya, sejak awal menjadi penghuni, manusia sudah begitu akrab dengan air dan tidak bisa melepaskan diri dari kebutuhannya akan air. Demikin juga halnya dengan hewan dan tumbuhan. Bahkan, jin pun konon lebih banyakl hidup di tempat-tempat yang ada airnya.

Temuan-temuan arkeologis masa lalu menunjukkan, bahwa sejak dulu manusia memilih hidup di dekat sumber-sumber air, baik mata iar maupun sungai. Berbagai peninggalan bersejarah dan fosil-fosil manusia jaman purba kebanyakan ditemukan dipinggir-pinggir sungai. Hal ini menunjukkan kebudayaan dan peradaban manusia tumbuh dan berkembang disekitar sunber air.

Sewaktu dalam pelajaran sejarah Islam yang dapatkan sewaktu di MI dulu dikisahkan Siti Hajjar bersana Ismail yang ditinggal oeh Ibrahim as. Ditanah gersang Bakkah (Mekah) atas perintah Allah swt. Cerita al-Qur'an tentang perjuangan Siti Hajjar yang berlari-lari dari bukit Shafa ke Marwah dan sebaliknya itu sesungguhnya bukan hanya sekedar cerita tentang terbentuknya sumur ajaib zam-zam. Lebih dari itu. Cerita tersebut menunjukkan betapa air menjadi kebutuhan pokok bagi manusia, sehingga setiap manusia (temasuk Hajjar) ahrus berjuang sekuar tenaga mendapatkannya demi menyambung hidup.

Perkembangan zaman yang semakin pesat seperti sekarang ini, ternyata tidak merubah kebutuhan kita akan air. Judtru, semakin hari air menjadi barang yang seamkin berharga, karena semakin langka dan sulit didapat seperti yang terjadi dimana saudara saya tinggal manakala kemarau datang. Bahkan, ketika manusia modern sudah mampu menjejakkan kakinya di Bulan dan mengirim pesawat jelajah ke Mars, barang utama yang pertama dicari adalah air. Tanpa air di dua planet tersebut, cita-cita manusia modern untuk hijrah dan membangun koloni baru disana tidak bakalan terwujud.

Sayangnya, tiak senua kita menyadari, betapa berharganya air bagi kehidupan kita. Kita tidak pernah mensyukuri nikmat air yang diberikan Allah swt pada kita sebaliknya, kita seringkali berlaku zalim dan menghambur-hamburkan air. Padahal, Islam menekankan agar umatnya menghemat air. Bahkan untuk urusan ibadah sekalipun (wudi dan mandi) Islam melarang umatnya menggunakan air secara boros dan berlebihan. Karenanya, sudah sepantasnya kta menghargai air sebagai nilmat pemberian Allah swt dan harus kita jaga keestariannya. Tanpa air, tak ada lagi harapan untuk kehidupan diatas Bumi ini. Dan tanpa air, tak ada lagi teman didalam gelas kopi seperti saat saya menulis artikel ini atau bisa para kompasioner yang membaca artikel ini...wassalam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline