Lihat ke Halaman Asli

Ulul Rosyad

Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Merenungkan Hukum Kekekalan Alam

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya yakin kita sepakat, bahwa salah satu tujuan hidup kita dalam dunia ini adalah setiap kita mendamba hidup mulia dunia akhirat yang tentu saja dibarengi umur yang barokah. Yang tentu saja untuk mencapainya itu bukan perkara yang mudah. Namun, kalau kita senantiasa mencarinya dan belajar, ternyata ada banyak hal yang ada disekitar kita yang patut kita renungkan dan bukan suatu hal yang mustahil danbaan itu bersanding dengan kita. Salah satunya, seperti yang dijelaskan Isaac Newton dalam hokum kekekalan energinya yang menjelaskan, setiap energi di bumi ini tidak pernah hilang dari kehidupan, tetapi hanya sekedar berubah bentuk. Ambil contoh saja adalah air, kemudian akan mengembun, menguap dan akhirnya kembali menjadi hujan.

Berangkat dari hal di atas ada yang patut kita renungkan bersama, bahwa dalam kehidupan manusia pada umumnya, hokum kekekalan energy Isaac Newton sebenarnya juga berlaku dalam aplikasi kehidupan nyata sehari-hari. Ya, di dalam tubuh, kita sudah tersimpan sumber energi yang tidak terbatas. Setiap energy yang dilepaskan oleh tubuh kita baik energy positip maupun negetip, sesungguhnya tidak pernah hilang dari muka bumi ini.

Artinya, setiap energi yang dipancarkan dari tubuh kita, nilainya tidak akan berubah. Kalau yang kita pancarkan energi positip, maka yang kembali dan akan kita terima adalah energi positip pula. Demikian sebaliknya, jika energi negatip yang kita pancarkan, maka yang akan kembali ke kita adalah energi negatip pula.

Kita ambil contoh kembali, kalau kita menolong oran lain yang sedang memerlukan bantuan, maka sebenarnya tubuh kita sedang memancarkan energi positip yakni berupa tindakan positip kebaikan. Energi positip kebaikan yang kita pancarkan dari diri kita sesunggunya tidak pernah hilang dari muka bumi ini. Energi kebaikan yang kita pancarkan akan selalu ada di alam ini dan akan kembali pada diri kita. Bentuknya bisa saja sama, apakah kita ditolong kembali orang lain pada saat memerlukan bantuan, ataubisa juga berubah dalam bentuk nilai positip yang berbeda. Misalnya, kita mendapatkan ketenangan jiwa, keselamatan hidup, kebahagiaan hati, penghargaan dari orang lain, dan yang pasti pahala dari Allah swt.

Ringkasnya, siapa saja yang memancarkan energi positipnya dengan berbagi, menolong dan mencintai sesame, maka Allah akan mengembalikan energi positip ini dalam kehidupan kita. Bentuk pengembalian yang kita terima bisa saja berupa kita semakin dicintai orang lain, menerima banyak kasih saying dari sesama manusia, mendapatkan kebaikan dan kemuliaan hidup, meraih kemudahan dalam berusaha, meraih keberhasilan dalam bekerja dan berbagai kemudahan hidup lainnya.

Bertelekan dari hal di atas, kalau hidup semakin banyak digunakan untuk melepaskan energi positip dengan melakukan banyak tindakan positip bagi orang lain, berbagi kebaikan, menolong seama, dibandingakan dengan hanya mementingkan diri sendiri, maka dengan sendirinya akan semakin mengangkat derajat kita dihadapan manusia dan dihadapan Allah swt.

Sebaliknya, jika energi negatip yang kita lepaskan, misalnya saja menganiaya orang lain, maka energi nagatip pula yang akan dating menghampir kita.Bentuknya bisa berbagai macam. Misalnya,kita akan dianiaya orang lain, selalu gelisah, tidak pernah bersyukur, dan yang pasti akan menerima azab di akhirat nanti. Naudzubillahimindzalik!

Karena itu, momentum Ramadhan kali ini, mari kita isi kehidupan dengan melepaskan enegi positip sebanyak-banyaknya, sehingga umur kita menjadi barokah karenanya. Umur yang barokah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semesta, maka hari tuanya akan diisi dengan bnayak bernostalgia tentang masa mudanya, sehingga diapun cenderung kecewa dengan ketuaannya.

Seseorang yang tidak barokah umurnya juga bisa dilihat yang cenderung hanya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, sehingga diapun hanya sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum sempat dia rasakan, hatinya akan kecewa bila tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya.

Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat maka semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Dan hari-harinya dipenuhi dengan karya dan amal terhadap sesama, tiada hari tanpa bermanfaat bagi orang lain atau alam sekitar, bukan sebaliknya “tua-tua keladi”, semakin tua semakin menjadi kelakukannya. Puncaknya tiada rasa takut untuk meninggalkan dunia ini, bahkan dia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allahswt.

Inilah semangat ‘hidup’ orang-orang yang barohak umurnya. Maka, berbahagialah orang-orang yang umurnya barokah. semoga bermanfaat. Wassalam maturnuwun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline