Lihat ke Halaman Asli

Abyan MuhammadYassar

Mahasiswa Uhamka

NFT dan Pro-Kontranya terhadap Lingkungan

Diperbarui: 21 Juni 2022   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

NFT. Sumber ilustrasi: KOMPAS GRAMEDIA

 Metaverse saat ini sedang ramai dibicarakan karena inovasi teknologi ini mengejutkan khalayak umum. Melansir laman CNBC Indonesia, Metaverse sendiri merupakan konsep dunia digital yang dibuat dengan tujuan agar orang-orang dapat merasakan interaksi secara virtual sehingga terasa interaksi secara langsung. 

Berbagai macam fasilitas di metaverse disajikan seperti pertemuan virtual, karya seni virtual seperti lukisan, lagu, hingga foto. Bahkan di dalam metaverse disediakan pemakaman virtual dan lahan virtual.

Konsep Metaverse ini mengingatkan kita dengan NFT yang sudah ada lebih dulu. NFT (Non-fungible Token) merupakan token yang tidak tergantikan dimana setiap aset yang dimiliki dalam NFT ini bersifat unik dan berbeda-beda setiap tokennya sehingga setiap NFT dapat dijual dengan terbatas atau limited walaupun barang ini sebenarnya bersifat virtual dan tidak dapat dipegang secara nyata. 

Bentuk yang dimiliki yaitu berupa sertifikat hak milik. Barang yang dijual di NFT biasanya berupa art digital, musik, video, bahkan cuitan twitter pertama dari CEO Twitter sendiri pun dijual di NFT.

Teknologi NFT sendiri menuai pro dan kontra. HYBE Entertaiment sempat menuai kontroversi karena pengumumannya akan merilis NFT untuk merchandise artis yang dinaungi oleh agensi tersebut termasuk BTS. NFT sudah menjadi perdebatan dikhalayak umum khusunya terkait dampak NFT terhadap keadaan lingkungan yang sudah tidak kondusif saat ini. 

NFT sendiri menggunakan teknologi blockchain yaitu teknologi yang menggunakan komputasi untuk membuat blok saling terhubung satu sama lain dan biasanya blok ini berisi data-data transaksi. 

Dulunya blockchain ini digunakan hanya untuk Bitcoin dan saat ini sudah berkembang sehingga dapat digunakan untuk transaksi NFT bahkan akan digunakan di Metaverse dimasa yang akan datang.

Sistem blockchain ini memerlukan energi karbon pemanasan yang cukup besar karena menggunakan energi listrik yang banyak untuk menambang blockchain yang baru setiap melakukan transaksi. 

Sehingga semakin banyak transaksi yang dilakukan, maka energi karbon yang keluar akan lebih banyak dan menyebabkan pemanasan global yang sudah terjadi saat ini bisa memperburuk keadaan. 

Tidak hanya dari segi blockchain, banyaknya file yang ditaruh dalam NFT bisa membuat server yang dibutuhkan semakin banyak dan juga pastinya membutuhkan energi yang lebih banyak untuk mendinginkan server yang harus didinginkan setiap saat agar server tidak error sehingga kita dapat mengkasesnya tanpa adanya kendala. Hal inilah yang menyebabkan adanya kontra terhadap adanya NFT ini.

Dibalik banyaknya kontra yang ramai dibacarakan, ternyata PBB bekerjasama dengan NFT pada Agustus 2021 lalu dengan tujuan untuk perangi perubahan iklim. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline