Kampung sanan diperkirakan berdiri sekitar tahun 1875, tidak ada yang mengetahui secara pasti awal mula dan kapan penduduk kampung sanan memulai produksi tempe, sedangkan untuk pembuatan tempe pertama kali dibuat oleh Ibu Habibah. Pada tahun 1990 produk tempe menjadi produk terfavorit yang mulai dikenal ke berbagai daerah diluar kota Malang. Para pengrajin tempe di kampung sanan menekuni profesi mereka secara turun temurun. Pada awalnya tempe diproduksi dengan alat sederhana dan tradisional, seiring berkembangnya zaman proses pembuatan tempe sudah menggunakan alat alat modern yang dapat menghasilkan olahan tempe yang higienis dan bergizi. Hal ini menjadikan tempe yang diproduksi oleh kampung sanan berbeda dari kampung kampung lain.
Pada mulanya keripik tempe hanya sebagai olahan sampingan yang akan diproduksi jika ada tempe sisa dari pasar, tetapi karena rasa keripik tempe yang khas maka keripik tempe tidak lagi diproduksi dari tempe sisa melainkan diproduksi secara khusus dan tentunya menggunakan tempe dengan kualitas terbaik yang berbeda dengan tempe di pasaran. Para produsen tidak perlu keluar mencari bahan pembuatan tempe, karena koperasi bangkit usaha di kampung sanan telah menyediakan bahan-bahan mulai dari kedelai sampai tepung keripik tempe. Banyak para home industry yang mempromosikan produk olahannya melalui media online tetapi tidak sedikit juga para produsen yang memilih untuk membuka kedai khusus untuk produk jualannya.
Industri tempe merupakan roda penggerak ekonomi di Kampung Tempe Sanan Malang, karena industri tersebut mampu menyerap tenaga kerja yang berada di lingkungan sekitar. Hal ini berdampak pada berkurangnya angka pengangguran. Upaya meningkatkan pertumbuhan usaha dilakukan secara serius oleh para pengusaha tempe di Sanan, Malang. Kampung Tempe Sanan Malang menjadi salah satu tujuan wisata kuliner dan edukasi. Pengunjung yang datang tidak hanya bisa membeli keripik tempe langsung di pusatnya, mereka juga bisa melihat pengolahan kedelai serta pengolahan limbah tempe dan limbah ternak sapi untuk diolah menjadi biogas dan pupuk untuk mengembangkan kedelai di kampung ini. Dengan pelbagai keunikan serta edukasi yang ditawarkan, Kampung Tempe Sanan Malang hadir menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Malang. Kampung Tempe Sanan Malang menghadapi banyak permasalahan dalam upaya pengembangannya sebagai kawasan wisata industri tempe di Kota Malang. Berdasarkan dari hasil survei ditemukan bahwa banyak wisatawan hanya mengenal produk olahan tempe yang dijual di pusat oleh-oleh. Hal ini dikarenakan tidak adanya rute pariwisata yang diarahkan ke Kampung Tempe Sanan Malang. Proses produksi olahan tempe yang merupakan salah satu potensi yang dapat menjadi daya tarik wisata, masih kurang dimanfaatkan dan dikembangkan dengan baik. Selain itu, penataan kawasan untuk meningkatkan daya tarik wisata dari segi fasilitas pendukung kegiatan wisata yang tersedia sangat terbatas.
Kondisi perekonomian di kampung Sanan dapat dikategorikan baik. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pengusaha di bidang tempe sehingga mereka mempunyai industri rumah tangga sendiri. Saat ini, terdapat 450 kepala keluarga yang bekerja di bidang industri tempe, yang mana hanya 234 kepala keluarga yang telah terdaftar dalam paguyuban tempe Sanan. Selain itu, terdapat Koperasi Primkopti Bangkit Usaha, yang mana bertujuan membantu pengrajin tempe dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya, baik berupa penyediaan bahan baku maupun peralatan. Karena sebagian masyarakatnya juga beternak sapi, maka koperasi tersebut juga memberikan fasilitas simpan pinjam dan penyewaan kandang sapi untuk peternak sapi yang tidak mempunyai kandang sapi dengan harga 200 ribu pertahun. Industri rumah tangga yang telah berkembang dapat merekrut karyawan yang berasal dari masyarakat setempat sehingga dapat meminimalisir angka pengangguran. Potensi sosial di kampung Sanan tercermin dari perilaku masyarakat, yakni potensi pertama adalah Kekeluargaan dan gotong royong terlihat di setiap aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Potensi kedua adalah rasa rendah hati dan terbuka. Masyarakat tersebut mempunyai kerendahan hati dan terbuka dengan siapa saja, bahkan dengan penduduk luar Kampung Sanan. Potensi ketiga adalah kreatif dan dinamis. sekitar 70% mayoritas penduduk di Kampung Sanan lulusan SMA, 30% lulusan SMP. Walaupun sebagian besar penduduk mempunyai pendidikan terakhir SMA/SMK sederajat, hal tersebut tidak menghambat kreativitas masyarakat untuk terus maju.[1]
Pejabat kampung sanan yaitu ketua rukun warga 16 dan staf berinisiatif membentuk paguyuban pada tanggal 23 november 2016 di latar belakangi karena banyaknya industri rumahan dengan harga yang berbeda menimbulkan persaingan yang ketat antar produsen. Pada awalnya paguyuban tersebut diberi nama Paguyuban Pengrajin Keripik Sanan 15 dengan beranggotakan 35 orang. Pemerintah kota Malang memberikan respon baik terhadap terbentuknya paguyuban tersebut. Hal ini membuat warga sanan yang berada di RW 14 dan 16 segera bergabung dengan paguyuban pengrajin keripik sanan 15. Pada tanggal 28 Januari 2017 semua produsen kripik tempe dan tempe berkumpul untuk musyawarah yang tentunya dihadiri oleh ketua RW 14, 15, 16, serta bapak lurah purwantoro dan kepala dinas industri kota malang. Dari musyawarah tersebut menghasilkan nama paguyuban baru, yang sebelumnya Paguyuban Keripik Tempe Sanan 15 menjadi Paguyuban Sentra Industri Keripik dan Tempe Sanan. Paguyuban tersebut sekarang beranggotakan kurang lebih 200 IKM dan telah terdaftar resmi secara hukum NOMOR AHU-0008291.AH.01.07.TAHUN 2017.
GPS Map Camera Abyan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H