Lihat ke Halaman Asli

Siti khusnul khotimah

Pendidik dan Pecinta Literasi

Pembelajaran yang Memerdekakan

Diperbarui: 6 Maret 2023   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembelajaran yang memerdekakan adalah suatu proses pembelajaran yang memerdekakan murid secara lahir dan batin, mandiri, tidak tergantung kepada orang lain. Untuk melakukan proses pembelajaran yang memerdekakan guru perlu menyediakan berbagai cara untuk mengakomodir kebutuhan peserta didik dengan terus meningkatkan kapasitas diri secara konsisten dan berkesinambungan dengan mendesain proses pembelajaran yang sesuai dengan prinsip pembelajaran yang memerdekakan yang mengacu pada filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD).

Beberapa prinsip pembelajaran yang memerdekakan adalah prinsip keterlibatan. Pada prinsip ini bagaimana mendesain proses pembelajaran yang melibatkan murid secara utuh tanpa ada yang merasa terpinggirkan. Semua murid di fasilitasi dan mendapat perlakukan yang sama secara berkeadilan. Prinsip selanjutnya berpihak pada murid. Sebagai guru yang baik dituntut untuk mendesain proses pembelajaran yang berpihak pada murid. Karena sejatinya yang melakukan proses pembelajaran adalah murid sedangkan guru hanya memfasilitasi proses pembelajaran. Murid berhak menentukan cara belajar dan bagaimana mereka belajar dan apa saja yang ingin mereka pelajari. Bukan berarti mereka bebas sebebasnya tetapi tetap ada ruang untuk mereka bertanggung jawab sesuai keyakinan belajar mereka. Selanjutnya prinsip empati dan apresiasi yaitu bagaimana selama proses pembelajaran guru hendaknya mampu menunjukkan empati dan apresiasi kepada murid dengan hati dan rasa yang tulus ikhlas untuk menuntun murid agar mereka mampu memaksimalkan potensinya secara sadar dan bertanggung jawab. Dengan menunjukkan empati dan memberi apresiasi yang seharusnya diperoleh, murid akan merasa dihargai keberadaannya dan ini akan membantu proses memaksimalkan potensi anak secara berkesinambungan. Selanjutnya adalah prinsip melakukan refleksi dan memberi umpan balik yang selalu harus dilakukan oleh guru secara konsisten dan berkelanjutan agar bisa melakukan perbaikan yang berkualitas bagi penyediaan prosess pembelajaran yang memerdekakan.

Praktek Pendidikan yang memerdekakan yang sudah berjalan baik di sekolah adalah proses pembelajaran dimana anak diberi ruang untuk mengembangkan ide kreatifitasnya sendiri dengan mendesain proses pembelajaran yang memantik. Contohnya anak diberi kebebasan untuk memilihi materi dan cara belajarnya sendiri. Sekolah kami memiliki beberapa "berugak baca" yang mendukung terjadinya proses ini. Sehingga anak bisa memilih berugak baca sebagai tempat alternatif yang menyenangkan untuk mereka belajar dan mengembangkan  ide dan kreatifitas mereka. Bukan hanya mengejar kurikulum tetapi bagaimana guru menyuguhkan proses pembelajaran yang membahagiakan dan menganggap sekolah sebagai rumah kedua bagi mereka.

Salah satu proses pembelajaran yang membahagiakan anak adalah pelibatan anak secara utuh dalam proses pembelajaran karena anak akan merasa dihargai sebagai seorang individu. Tetapi melibatkan anak secara utuh tidak cukup dengan melibatkan saja tentunya ada upaya dari guru untuk meramu proses  pembelajaran dengan sesuatu yang menyenangkan. Sebagai contoh lima atau sepuluh menit di awal pembelajaran guru perlu melakukan ice breaking, game atau metode lain yang bisa menyenangkan anak. Sehingga ketika kita mampu mengkondisikan perasaan anak dengan baik mereka akan mudah menerima pelajaran karena hati mereka senang dan bahagia. Biasanya kami namakan proses ini dengan berdering (belajar dengan riang).

Penerapan proses pembelajaran dengan berdering dan pelibatan utuh murid pada proses pembelajaran adalah sedikit hal yang sudah dilaksanakan di sekolah kami yaitu SM Negeri 2 Labuapi Kabupaten Lombok Barat NTB. Namun yang tetap sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana guru melaksanakan perannya dengan sebaik mungkin dengan adanya pergeseran peran. Jika dulu guru adalah satu satunya sumber yang memiliki peran untuk memindahkan pengetahuan tetapi sekarang guru sebagai fasilitator yang menuntun anak agar tumbuh sesuai kodratnya sesuai dengan prinsip KHD.

Hal hal yang tidak selaras dengan praktek pembelajaran yang memerdekakan adalah murid digiring kearah "keterpaksaan" dalam proses pembelajaran, yang dibungkus dalam ketercapaian kurikulum. Murid dipaksa untuk belajar menyelesaikan materi yang sesuai dengan kurikulum tanpa melihat karakteristik anak secara adil. Pola pemberian tugas dan penilaian yang tidak berpihak pada murid juga menjadi salah satu point penting yang harus segera dihilangkan. Karena murid hadir dengan bakat, minat dan potensi yang berbeda yang jika di terapkan pola pemberian tugas dan penilaian yang sama, sejatinya kita telah melakukan praktek yang menyimpang dari prinsip pembelajaran yang memerdekakan. Semoga bermanfaat.

Pulau Seribu Masjid, 6 Maret 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline