Lihat ke Halaman Asli

Hypnoteaching

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Wah, dari kata-katanya kok masih janggal ya? Biar ngga janggal lebih baik kita baca dulu aja kali ya? Selanjutnya bisa kita membahsnya secara bersama-sama. OK?

Banyak orang bertanya-tanya, dengan berbagai versi namun sebenarnya satu tujuan. “Anak didik saya kok nggak ada kemajuan, padahal apa yang saya punya telah saya berikan”… Mungkin itu salah satu, salah dua, bahkan semua menyalahkan…ha..ha.. becanda… tapi disadari atau tidak, bahkan mungkin anda sendiri juga sering bertanya-tanya semacam itu.

Sebagai pengajar, kita baiknya memiliki strategi secara umum (standar umum dalam mengajar), dan saya yakin mayoritas dari kita sudah melaksanakannya. Akan tetapi, jangan sampai terabaikan bahwa mengajar itu adalah seni. Ya… betul sekali , guru itu juga seorang seniman, jadi guru juga hrus bisa menghasilkan sebuah karya yang berkualitas. Memang, bakat itu bawaan dan tidak bisa dipelajari karena yang bisa dipelajari adalah keterampilan. Bakat dalam mengajar sesungguhnya merupakan roh dari proses mengajar itu sendiri, orang yang bakat mengajar akan jauh lebih bisa adaptasi, luwes, selalu menggunakan hati, control emosi serta cerdas dalam menghadapi situasi bukan karena cerdas kognisi (walaupun kecerdasan menghadapi situasi dipengaruhi oleh kecerdasan kognisi) . Berbeda dengan orang yang terampil mengajar, karena keterampilannya itu bisa diperoleh dari pengalaman, rutinitasmaupun kegiatan formal. Maka sebagai seniman sebaiknya kita bisa mensinergikan antara bakat dan keterampilan, sehingga apa yang kita hasilkan menjadi sesuatu yang berkualitas dan mengandung banyak nilai.

Jika kita mampu mensinergikan bakat dan keterampilan sesungguhnya menjadi hal yang luar biasa. Seorang pelukis akan menghasilkan sebuah karya yang berharga apabila dia mampu mengasah bakat melukisnya disertai penguasaan keterampilan menggunakan alat-alat dan bahan yang digunakan dalam melukis… Hasilnya? Semua orang akan mengatakan… Sempurna, nilai yang tadinya subjektif akan jadi objektif karena semua orang akan terhipnotis karenanya. Samakah dengan guru?

Jika guru juga mampu mensinergikan bakat dan keterampilan layaknya pelukis, maka hasilnya pun akan fantastis…… Jika guru mau mengasah bakatnya dalam mengajar dan menggunakan keterampilan-keterampilan dalam mengajar (menguasai alat dan bahan mengajar), secara tidak langsung kecerdasan kognitifnya pun akan menjadi dampak pengiring. Guru akan mampu menghipnotis siswa, dengan terhipnotisnya siswa terhadap guru, maka pelaksanan pembelajarannya akan jauh lebih terkonrol dan maksud dari apa yang disampaikan guru akan mudah terjawab oleh siswa, siswa akan menikmati dan meresapi pembelajaran yang berlangsung. Jika dikaitkan dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa juga sangat menguntungkan, hypnoteaching berpengaruh terhadap kejujuran siswa dengan apa yang mereka kehendaki, apa yang mereka ingin ungkapkan. Hal terpenting dalam kegiatan ini bahwa hypno disini tidak bersifat diktator ataupun menjadikan guru seorang kompresor, tetapi guru hanya sebatas menjadi fasilitator, evaluator, administrator, motivator, dan reflector dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Hasil belajarnya pun ahirnya seperti pertanyaan retoris (tidak membutuhkan jawaban, karena jawabannya hanya “iya”). Dari proses mengajar yang mampu menghipnotis inilah saya sebut Hipnoteaching..


Yuks, kita diskusikan lagi masalah ini… thks…. (aby_lya@yahoo.co.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline