Lihat ke Halaman Asli

Muntaber Tanpa Kompromi

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Di awal masuk sekolah setelah lebaran, tepatnya di pertengahan bulan September di Desa Tanahsari (desa penulis) menjadi sejarah di bidang kesehatan. Banyak siswa-siswa SD yang tidak masuk lantaran terkena wabah muntaber.

Lebih dari 70 orang dalam suatu RW yang terkena wabah muntaber ini. Orang lanjut usia, balita dan tidak terkecuali anak-anak SD serta remaja juga terkena. Menurut beberapa sumber, banyak yang dirawat di RSUD dan RS swasta. Ini sebenernya menjadi perhatian yang serius bagi masyarakat serta dinkes setempat. Bersyukur tidak ada korban jiwa akibat wabah ini.

Selang satu hari, yaitu ketika prosentase pasien dari desa tersebut membanjiri bangsal-bangsal yang ada di RS, barulah tim kesehatan tinjau lokasi. Merupakan tindakan yang tepat, artinya dari dinkes menjemput pasien yang perlu dirawat. Dengan mobil pusling dinkes terjun ke daerah yang termasuk dataran tinggi tersebut, dengan tujuan lain juga mensosialisasikan penanganan muntaber, sehingga bias meminimalisir korban bertambah.

Program “Pamsimas” (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) yang sebenarnya sudah menjadi proyek di tahun 2010 di daerah tersebut, namun belum berjalan, mudah-mudahan dengan adanya kejadian tersebut akan menjadi pertimbangan sehingga program Pamsimas segera dijalankan. Pentingnya kesehatan bagi masyarakat perlu diperhatikan mulai dari diri sendiri, masyarakat, dan pemerintah.

Masyarakat perlu tahu apa itu muntaber? Bagaimana gejalanya? Apa Penyebabnya? Serta bagaimana Penangananya?

Muntaber merupakan gangguan pencernaan yang menyebabkan seseorang mengalami muntah dan berak secara bersamaan atau terpisah. Jika tidak segera diatasi maka bisa dengan cepat membawa seseorang pada kondisi yang bisa membahayakan jiwanya.

Gejala muntaber yaitu Bakteri yang masuk kedalam saluran cerna lewat makanan yang telah tercemar akan menimbulkan radang pada saluran cerna sehingga muncul gejala sakit perut, kembung, mual dan muntah-muntah. Muntaber juga dapat disertai dengan demam tinggi (mencapai 38 derajat celcius atau lebih), kepala pusing, tidak nafsu makan, lemas, dan elastisitas kulit menurun. Beberapa anak bahkan mengalami halunisasi jika sudah mencapai taraf kekurangan cairan elektrolit dalam tubuh.

Muntaber paling sering disebabkan oleh bakteri Eschericia coli (E.Coli) yang menyerang usus. Biasanya muntaber terjadi karena seseorang mengkonsumsi makanan yang sudah tercemar bakteri E.Coli dan saat itu daya tahan tubuhnya sedang turun (tidak fit).

Ada banyak cara mencegah muntaber, antara lain:

1.     Menkonsumsi makanan bergizi seimbang dan dalam jumlah yang cukup

2.     Penggunaan air bersih untuk minum

3.     Mencuci tangan sesudah buang air besar dan sebelum makan

4.     Membuang tinja, termasuk tinja bayi pada tempatnya

5.     Menjaga kebersihan jamban keluarga

6.     Menjaga kebersihan rumah, terutama kamar mandi, WC dan dapur

7.     Menjaga kebersihan peralatan makan

8.     Mencuci sayuran, buah, dan bahan makanan sebelum dimasak

9.     Memisahkan perangkat anggota keluarga yang terkena muntaber supaya tidak menular kepada yang lain

10.   Jika kita mempunyai bayi, maka berikan asi ekslusif sampai dengan 6 bulan dan melanjutkan pemberian ASI sampai 2 tahun pertama kehidupan serta sebisa mungkin menghindari susu botol.

Semoga menjadi perhatian lebih tentang bahaya muntaber.

By: Berbagai Sumber Terkait




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline