Lihat ke Halaman Asli

Peradaban Besar di Nusantara

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13010204341643878439

Nusantara adalah wilayah yang sekarang bernama Indonesia. Nusantara telah ada sejak ribuan tahun sedangkan nama Indonesia baru muncul pada abad 18. Wilayah  Nusantara  ternyata jauh lebih luas dari wilayah Indonesia saat ini.

Minat masyarakat tentang sejarah Nusantara mulai meningkat sejak munculnya novel sejarah karya Langit Kresna Haryadi yang berjudul "Gajah Mada". Novel ini telah mendorong diskusi-diskusi tentang sejarah Majapahit yang merupakan kerajaan besar  di masa 700 hingga 500 tahun yang lalu. Setelah itu  mulai diterjemahkan buku-buku karya penulis asing yang menggambarkan peradaban besar yang pernah berkembang di nusantara sejak ribuan tahun  lalu.

Sebelum masyarakat menjadi heboh dengan buku Santos tentang Atlantis di Indonesia telah diterjemahkan juga sebuah buku karya Robert Dick-Read yang menggambarkan pengaruh peradaban nusantara di Afrika. Sayangnya buku ini tidak booming seperti buku Santos tentang Atlantis di Nusantara, padahal buku karya Dick-Read menggambarkan suku-suku bangsa di Nusantara adalah pelaut-pelaut pertama di dunia yang menjelajahi samudra. Bagi yang lahir di tahun 70an tentu masih sempat mengenal lagu "Nenek Moyangku Orang Pelaut" yang menggambarkan betapa gagah beraninya mereka mengarungi samudra.

Pelopor Penjelajah Samudra

Menurut riset Dick-read seperti yang tertulis dalam bukunya "Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika, 2008" , seribu tahun sebelum Chengho maupun Columbus mengarungi samudra, ternyata pelaut-pelaut Nusantara telah mencapai Afrika yaitu pada abad 5 bahkan di duga jauh sebelumnya. Artinya jauh sebelum bangsa Eropa mengenal Afrika selain gurun Saharanya, dan jauh sebelum bangsa Arab dan Shirazi menemukan kota kota-kota eksotis di pantai timur Afrika seperti Kilwa,Lamu dan Zanzibar. Diantara bukti tersebut adalah banyaknya kesamaan alat-alat musik, teknologi perahu, bahan makanan, budaya dan bahasa bangsa Zanj (ras Afro-Indonesia) dengan yang ada di Nusantara. Di sana, ditemukan sebuah alat musik sejenis Xilophon atau yang kita kenal sebagai Gambang dan beberapa jenis alat musik dari bambu yang merupakan alat musik khas Nusantara. Ada juga kesamaan pada seni pahat patung milik suku Ife, Nigeria dengan patung dan relief perahu yang ada di Borobudur. Beberapa tanaman khas Indonesia yang juga tak luput di hijrahkan ke sana, semisal pisang raja, ubi jalar, keladi dan jagung. Menurut penelitian George Murdock, profesor berkebangsaan Amerika pada 1959, tanaman-tanaman itu dibawa orang-orang Indonesia saat melakukan perjalan ke Madagaskar.

Atlantis di Nusantara 

Prof. Arysio Santos penulis buku "Atlantis, The lost Continent Finally Found" tidak sempat mengunjungi Indonesia. Ia meninggal setelah menyelesaikan buku ini. Melalui penelitian panjang dan melelahkan selama lebih dari 30 tahun, Santos menemukan keserupaan dalam cerita mistis tentang asal-usul serta ilmu pengetahuan dan kebudayaan di hampir semua peradaban. Hasil penelitiannya telah mengubah cara pandang kita tentang sejarah manusia, agama , antropologi , dan bidang-bidang yang terkait. Salah satu yang menarik dari buku Santos tentang Atlantis di Indonesia adalah bahwa banyak cara pandang baru bagaimana metoda untuk memahami dan membuktikan sejarah masa ribuan tahun lalu. Mengembangkan imajinasi untuk memahami masa lalu itu sangat penting.Soal penamaan peradaban besar sebagai  Atlantis tidaklah menjadi penting, Yang terpenting bahwa buku Santos "Atlantis, The lost Continent Finally Found" memberi gambaran bagaimana Nusantara (Nama wilayah Indonesia di masa lalu) adalah awal berkembangkan peradaban  dan kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia.

 

Pada tahun 2010 terbit buku terjemahan karya Oppenheimer,"Eden in the East : The Drowned Continent of Southeast Asia". Edisi asli buku ini  terbit sejak 1998 dan telah  menggoncang kalangan ilmuwan arkeologi dan paleoantropologi pada waktu itu. Buku ini mengajukan tesis bahwa Sundaland adalah Taman Firdaus (Taman Eden), suatu kawasan berbudaya tinggi, tetapi kemudian tenggelam, lalu para penghuninya mengungsi ke mana-mana : Eurasia, Madagaskar, dan Oseania dan menurunkan ras-ras yang baru. Hipotesis ini ia bangun berdasarkan penelitian atas geologi, arkeologi, genetika, linguistk, dan folklore atau mitologi. Berdasarkan geologi, Oppenheimer mencatat bahwa telah terjadi kenaikan muka laut dengan menyurutnya Zaman Es terakhir. Laut naik setinggi 500 kaki pada periode 14.000-7.000 tahun yang lalu dan telah menenggelamkan Sundaland. Arkeologi membuktikan bahwa Sundaland mempunyai kebudayaan yang tinggi sebelum banjir terjadi. Kenaikan muka laut ini telah menyebabkan manusia penghuni Sundaland menyebar ke mana-mana mencari daerah yang tinggi. Ketiga buku tersebut pada prinsipnya sama-sama membahas berkembangnya peradaban besar nusantara dalam kurun  ribuan tahun lalu. Peradaban nusantara ini  menjadi sumber dan pemicu majunya peradaban-peradaban besar di seluruh dunia seperti peradaban India, Cina, Mesir, Yunani, Persia dan Maya. Sementara itu di sejarah resmi yang berkembang di Indonesia  mengatakan bahwa pada masa-masa itu nusantara masih primitif atau baru mengalami masa megalitikum. Hal ini terjadi karena para arkeolog Indonesia masih mengganggap bahwa suku-suku bangsa di Indonesia berasal dari asia.

Asal Suku-Suku Bangsa di Nusantara

Dalam sejarah resmi disebutkan bahwa suku-suku bangsa di nusantara berasal dari benua asia. Selain buku Santos tentang atlantis dan buku Openheimer tentang surga di timur ternyata riset DNA terbaru justru memutar balikkan sejarah resmi tersebut. Justru riset-riset DNA tersebut membuktikan bangsa Asia berasal dari suku bangsa di kepulauan asia tenggara (nusantara). Ini berarti bangsa-bangsa di Asia akan menyebut suku-suku bangsa di Asia Tenggara sebagai saudara tua bukan sebaliknya.

1301021297194323890

Berita yang dimuat oleh media online dari Universitas Oxford (ox.ac.uk/media) menyebutkan bahwa studi yang dipimpin oleh Universitas Leeds dan diterbitkan dalam bulan Mei 2008,  Molecular Biology and Evolution,menunjukkan bahwa sebagian besar dari garis-garis DNA mitokondria (diwarisi oleh keturunan perempuan) telah berkembang di kawasan pulau Asia Tenggara  untuk jangka waktu yang lebih lama, yaitu  sejak manusia modern tiba sekitar 50.000 tahun yang lalu. DNA menunjukkan garis keturunan  penduduk pada waktu yang sama dengan naiknya permukaan laut  dan juga menunjukkan migrasi ketaiwan, ke timur ke New Guinea dan Pasifik, dan ke barat ke daratan Asia Tenggara - dalam 10.000 tahun terakhir.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline