Lihat ke Halaman Asli

Bisnis "Politik"

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjadi salah satu komoditas yang menggiurkan saat ini. begitu menggoda, membuat para pengusaha yang sudah kaya raya "menceburkan" diri kebisnis ini. modal milyaran, bahkan mungkin ratusan milyar, digelontorkan oleh para pengusaha untuk memodali bisnis baru ini...

bisnis? politik adalah bisnis? bisa jadi, karena politik menjadi komoditi yang lebih menggiurkan dari tambang batubara, hutan jati, tambang emas, dan semua kekayaan alam yang ada. Lebih menjanjikan daripada bisnis property, lebih prospektif dari usaha pertanian, dan segala macam bidang bisnis lain.

Memang para pengusaha itu berdalih, "Mengabdi bagi bangsa dan negara", "Berbakti bagi ibu pertiwi", "Berkontribusi bagi tanah air". benarkah, adakah? ada, tapi mungkin bisa dihitung dengan jari. Jika dianalisa, sebenarnya apa daya tarik utama dari bisnis politik ini, KEKUASAAN.

Dengan kekuasaan itu, maka sumber daya alam yang luar biasa besar bisa jadi milik sendiri. Pernahkan anda mendengar seorang bupati di daerah kalimantan, sedemikian kaya raya. Atau tidak perlu jauh-jauh ke Kalimantan, se-level camat di jakarta saja, kekayaannya bisa menjadi sangat luar biasa. Tidak proporsional dengan pendapatan yang dia terima sebagai PNS. Camat bukan jabatan Politis, saya ingin menggambarkan kekuasaan yang bisa membuat orang begitu kaya raya.

Untuk orang awam seperti saya, sebenarnya mudah saja mengkalkulasi apakah ada indikasi penyalahgunaan kekuasaan atau tidak. secara matematis bisa dihitung kok, contoh :

Seorang walikota, harta asal Rp. 500  juta, take home pay Rp. 30.000.000. pengeluaran keluarga Rp. 15.000.000. maka dalam setahun masa jabatannya, tabungan atau asetnya akan menjadi Rp. 680 juta. sehingga saat terdeteksi kekayaannya menjadi Rp. 2 M, maka indikasi penyimpangan kekuasaan terjadi.

jadi kesimpulannya, Politik ini menjadi komoditas bisnis "haram", bagi sebagian oknum poliTIKUS Busuk. mungkin saya terlalu naif, bahwa tidak ada alasan seorang pejabat publik untuk bisa KAYA RAYA. Karena salary yang didapat sangat terhitung dan terukur.

Tapi dasar poliTIKUS, dia akan berdalih, kan saya punya perusahaan. oh iya, bener juga, mungkin aja mereka kaya raya, karena memiliki perusahaan. tapi saya akan bertanya, perusahaan yang CLEAR, atau perusahaan tipu-tipu seperti keluarga RA di Banten, yang dari informasi, perusahaan fiktif untuk menampung proyek-proyek pemkot atau pemprov, kalau proyek itu dilaksanakan dengan BENAR, masih bagus, yang jadi masalah, proyeknya di KORUPSI.

Jadi, kesimpulan saya, sebagian poliTIKUS dinegeri ini melihat politik sebagai sebuah bisnis, yang di raih dengan modal besar, karena berharap keuntungan 100 KALI LIPAT, tanpa peduli sengsarakan RAKYAT.

Apakah ada politisi yang memang berjuang untuk mengabdi, ADA. saya tahu dan saya lihat beberapa politisi yang dia maju karena mengemban amanah partai, dia maju dengan disokong dana dari partai dan kader lain yang ikut berjuang dibagiannya masing-masing, dan saat terpilih, yang menjadi konsern nya adalah bertugas sesuai amanah yang diterima.

Jika saya sebutkan Politisi tersebut dari PKS, pasti banyak yang protes. tapi itu realitasnya. saya tahu dan melihat bagaimana kehidupan seorang politisi PKS yang menjadi pejabat publik. ada peningkatan kekayaan, ada, tapi sedikit, dan sesuai dengan profil pendapatan seperti yang saya sampaikan diatas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline