Pada 23 November 1969, koran "Barisan" yang merupakan korannya kaum komunis Malaysia, beritain dengan bombastis pendirian stasiun pemancar baru (karena yang lama diancurin sama tentara Malaysia di sekitar perbatasan Malaysia-Thailand pada bulan Juli, 1968) Radio Suara Revolusi Malaya di Cina daratan.
Katanya, radio itu didiriin lagi buat nyebarin gagasan-gagasan Mao Ze Dong, ngabarin ke dunia tentang perjuangan Partai Komunis Malaya (PKM) dan menceritakan "penderitaan" rakyat Malaya di bawah cengkeraman imperialisme baru.Tertulis juga di koran itu begini:
"Kaum imperialis dan reaksioner itu menindas rakyat!... Pendirian ulang radio itu, niatnya adalah buat meng-counter propaganda kaum imperialis dan reaksioner yang udah berjalan lama... Dimana propaganda mereka itu nutupin mata rakyat akan penderitaan mereka... Jadi, Radio Suara Revolusi Malaya didiriin buat nyebarin propaganda revolusi buat ngalahin propaganda anti-revolusi!"
Menyikapi kabar pendirian radio itu, Perdana Menteri Malaysia saat itu Tunku Abdul Rahman menuduh, kalo stasiun pemancarnya ada di Provinsi Yunnan (yang bener, pemancarnya ada di daerah Gunung Sifang, dekat kota Changsha, Provinsi Hunan).
Radio itu punya siaran dengan 4 bahasa; yaitu bahasa Mandarin, Inggris, Tamil dan Melayu. Yang jadi kepala seksi bahasa Mandarin itu Eu Chooi Yip (dia pernah agak lama tugas di Jakarta sebagai perwakilan PKM). Skrip siaran radio itu biasanya dibuat sama anggota Barisan Sosialis, yang diantara anggotanya yang terkenal itu C.C. Chin, seorang sejarawan terkenal.
Radio itu akhirnya ditutup atas perintah Deng Xiao Ping. Perintah Deng itu adalah hasil dari lobi-lobi dengan Lee Kuan Yew, Perdana Menteri Singapura waktu itu. Deng buat perintah itu sebagai salah satu langkahnya buat normalisasi hubungan RRC dengan negara-negara di Asia Tenggara, terutama dengan Singapura dan Malaysia.
Sumber:
Cheng Ying Hong (2011). "The Chinese Cultural Revolution and the Decline of the Left in Singapore", Journal of Chinese Overseas. 7 (2): 211-246
Abdullah Dahana (2002). "China's Role in Indonesia's Crush Malaysia Campaign". Jurnal Makara Seri Sosial Humaniora. 6 (2): 58-68
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H