[caption caption="keterangan gambar : dari kika, Dimas, Rico, Faiz dan sapto -Sosialisai Pelatihan Internet, Selasa 5/4/2016 (foto : Hazmi)"][/caption]Keterbatasan fisik seseorang bukan halangan untuk bisa berkarya. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menghalangi setiap insan untuk dapat mengembangkan diri dan kehidupannya.
Terkait ini, saya jadi ingat materi kuliah yang pernah saya dapatkan tentang teori motivasi. Menurut Abraham Maslow ada lima hal yang mendorong manusia mau berbuat / berkarya, hal tersebut antara lain ;
Pertama, karena kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah). Manifestasi kebutuhan ini seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
Kedua, kebutuhan keamanan dan ke-selamatan (Safety Needs) Kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kehidupannya.
Ketiga, kebutuhan sosial (Social Needs). Kebutuhan akan kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok. Singkat kata, ingin eksis!!!
Keempat, kebutuhan akan prestasi (Esteem Needs). Berkaitan dengan kebutuhan akan simbol-simbol dalam statusnya sebagai prestise yang perlu ditampilkannya.
Kelima, aktualisasi diri (Self actualization). Bukan dorongan materi, tapi sudah meningkat lebih dari itu, immateri bahkan spiritual juga berperan di sini. Setiap orang ingin mengembangkan segala kemampuan (kebolehannya).
***
Riqo (25), lahir dalam kondisi Tuna netra. Meskipun demikian, dirinya mampu membuktikan bahwa keterbatasan tidak bisa menghalanginya untuk berkarya. Bersama beberapa kawannya yang tergabung dalam Kartunet (karya Tuna Netra), Ia bisa mendapatkan penghasilan. Tidak tanggung-tanggung, 20.000 US Dollar!!! Setara dengan 200 juta lebih dalam se bulan, wow!!. Aktifitasnya sebagai Internet marketer membawa dirinya berkenalan dengan sesama penyandang disablitas lainnya yang memiliki passion sama, Internet Marketing.
Nah, bersama temannya, Ia bercita-cita untuk berbagi pengetahuan kepada banyak penyandang tuna netra lainnya. Bagai gayung bersambut, keinginannya mendapat respon dari sebuah komunitas Internet bernama RIAT ( Rumah Internet Admanto). RIAT ini adalah sebauh komunitas belajar yang didiirkan oleh Ibu Amy Atmanto (istri Indar Atmanto) bersama anak-anaknya, Adam dan Faiz Atmanto. RIAT, Rico, Dimas dan Sapto kemudian menggagas sebuah pelatihan Internet Marketing bagi penyandang tuna netra di seluruh Indonesia.
Menurut Ibu Amy Atmanto selaku Founder RIAT menyatakan bahwa visi RIAT adalah memberdayakan mereka yang memiliki keterbatasan fisik, agar bisa menghasilkan uang dari internet.