Lihat ke Halaman Asli

David

Penulis advokat tentang KDRT terhadap laki-laki

Pandangan Standar Ganda dalam KDRT

Diperbarui: 22 Januari 2020   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jogjapolitan.harianjogja.com

Bayangkan ketika Anda berjalan di taman dan melihat sebuah pasangan suami istri sedang duduk di bangku taman, kemudian Anda mulai mendengar suara ricuh perselisihan dan tiba-tiba istri tersebut menampar suaminya.

Anda pun berpikir pasti ada makna tersendiri dari tamparan tersebut. Namun pada saat yang sama, suami itu merasa terluka secara emosional, bertanya-tanya mengapa tidak ada yang membantunya.

Sebagian besar korban laki-laki yang menderita pelecehan dalam rumah tangga jarang melaporkan kasus mereka karena banyak faktor, beberapa di antaranya bisa karena martabat, rasa malu, atau ketidakpercayaan mereka dari masyarakat. 

Masyarakat kita masih memiliki stigma sosial ini bahwa pria secara fisik jauh lebih kuat daripada wanita, yang pada gilirannya melibatkan standar ganda dalam masalah ini. 

Misalnya, jika korban kasus kekerasan dalam rumah tangga adalah seorang wanita, ia akan mendapatkan dukungan penuh dari publik dan pelaku akan mendapatkan komentar merendahkan seperti "pemukul wanita" atau "istri yang dipukuli".

Tapi mari kita pelintir di sini. Bagaimana jika korbannya laki-laki? Bagaimana Anda bereaksi terhadapnya, tetapi yang paling penting, bagaimana reaksi masyarakat terhadapnya? 

Apakah korban laki-laki dapat memperoleh dukungan penuh dari publik atau pemerintah atau keduanya? Apakah publik akan mempercayai kisahnya atau akankah mereka mengejeknya? 

Karena itu, korban laki-laki merasa lebih sulit untuk mencari bantuan karena banyak yang takut mereka akan diejek atau disindir.

Menurut Personal Safety Survey (PSS) ABS oleh Organisasi Riset Nasional Australia untuk Keselamatan Wanita, diperkirakan satu dari 12 pria (694.100) melaporkan mengalami setidaknya satu insiden kekerasan oleh pasangan wanita sejak usia 15 tahun. 

Ini termasuk pasangan, pacar, atau teman kencan wanita. Namun sayangnya, Dr. Michael Flood, seorang sosiolog dari Universitas Wollongong mengatakan bahwa data yang diperoleh survei hanya menceritakan sebagian kecil dari cerita.

Membuat pria terlihat seperti mereka adalah satu-satunya yang berkontribusi pada tindakan kekerasan mengerikan hanya akan menjadi lebih buruk. Kita tidak bisa membiarkan wanita lepas dari kekerasan hanya karena mereka wanita. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline