Lihat ke Halaman Asli

(Awal) Perubahan Strategi Menanggulangi Terorisme di Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

http://cdn.ar.com/images/stories/2013/12/ali-hasan-halabi.jpg

Beberapa hari ini ramai dunia maya dengan pemberitaan kedatangan 3 ulama dari Timur Tengah atas undangan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Kedatangan ketiganya tersebut terutama untuk melakukan pencerahan kepada para napi terorisme yang berada di beberapa LP, seperti Nusakambangan dan Cipinang. Mereka adalah Syaikh Ali Hasan Al-Halabi, DR. Najih Ibrahim dan Hisyam Al-Najjar. Seperti kata Ansyad Mbai sendiri mengutip dari liputan6.com (http://news.liputan6.com/read/767949/bnpt-undang-ulama-jordan-dan-mesir-ke-nusakambangan-cipinang)

"Pemilihan ke-3 tokoh malam ini bukan kebetulan. Setelah berapa lama kita teliti dari rekam jejak ulama mana yang kiranya paling relevan dan kredibel untuk melakukan pencerahan pemahaman keras dari tokoh idiolog yang ada di kita selama ini," ujar Ansyaad Mbai di Hotel Grand Sahid di Jalan Jenderal Sudiriman, Jakarta, Sabtu, (7/12/2013) malam


Tanggapan beberapa kalanganpun bermacam-macam. Para pengusung paham terorisme beberapa hari ini sangat rajin sekali membuat stigma dan berita-berita negatif tentang kedatangan 3 ulama tersebut. Di antaranya dengan membuat berita bohong, seperti bahwa Syaikh Ali al-Halaby marah-marah ketika berdialog dengan para napi dan mengatakan bahwa mereka itu jaahil (bodoh) seperti di sini

Atau dengan melabeli salah satu dari ketiganya (dalam hal ini terutama Syaikh Ali al-Halaby) dengan ulama murji'ah (salah satu sekte sesat) dengan membawakan fatwa Lajnah Daimah KSA (sedangkan fatwa itupun banyak dipermasalahkan oleh para ulama senior, bukan di sini pembahasannya). Walhasil itu semua berangkat dari keinginan untuk membunuh karakter Syaikh Ali yang merupakan salah satu ulama yang diundang untuk memberi nasihat kepada para napi terorisme.

Dalam hal ini (melakukan pendekatan dialog keagamaan dengan para pelaku teror), Indonesia agak terlambat dibandingkan dengan Kerajaan Saudi Arabia. KSA telah melakukan hal itu bertahun-tahun lalu. Banyak di antara tokoh teroris kembali kepada jalan yang benar ada juga yang mental. Tetapi meskipun terlambat, langkah tersebut perlu didukung dengan baik. Karena para pengusung paham terorisme sangat gencar memberitakan hal tersebut untuk memprovokasi masyarakat. Sepengetahuan saya ada 3 situs yang gencar melakukan blow up pemberitaan tersebut, yaitu:

1. VOA-Islam

http://www.voa-islam.com/read/liberalism/2013/12/11/28075/keblinger-bnpt-undang-tokoh-murjiah-alhalabi-untuk-dejihadisasi/#sthash.2KRpo8l2.dpbs

2. Ar-Rahmah.com

http://www.arrahmah.com/news/2013/12/11/tokoh-deradikalisasi-bnpt-ali-hasan-al-halabi-plagiator-pendusta.html

3. Shoutussalam

http://www.shoutussalam.com/2013/12/bnpt-datangkan-gembong-deradikalisasi-dari-timur-tengah-untuk-debat-ustadz-baasyir/

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline