Lihat ke Halaman Asli

Emir Yunus

Muslim; seorang anak, suami, sekaligus ayah.

Tentang Takdir

Diperbarui: 10 Maret 2020   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Barangkali hal yang paling banyak menyesatkan orang adalah "takdir". Takdir banyak disalahpahami oleh kebanyakan orang, ke kanan salah, ke kiri pun salah. Harus pas di tengah. Dan dalam hal ini, kita tidak akan bisa di pertengahan, kecuali dengan belajar.

Kelompok pertama yang kebablasan dalam masalah takdir adalah qadariyah. Mereka berkeyakinan bahwa Allah tidak "ikut campur" dalam perbuatan hamba. Jadi apa yang akan kita lakukan, itu 100% kehendak kita. Allah tidak bisa memaksa kita melakukan A atau B. Allah juga tidak tahu apa yang akan kita lakukan. Allah hanya Maha Tahu setelah kita melakukan sesuatu.

Parah ga? Parah banget! Padahal, Allah Maha Tahu segala sesuatu. Allah Tahu apa yang telah terjadi, yang akan terjadi, bahkan Allah tahu yang mustahil terjadi. Bahkan jika yang mustahil itu terjadi, apa yang akan terjadi, Allah pun Tahu. Segalanya Allah Tahu. Dan segalanya Allah "kehendaki" dan telah Allah tulis di Lauhul Mahfudz, 50.000 tahun sebelum dunia diciptakan.

Kelompok kedua, yang juga kebablasan dalam masalah takdir adalah Jabariyah. Sebaliknya, Jabariyah meyakini bahwa Allah memaksa seluruh makhluknya untuk berbuat ini dan itu. Jadi kita tinggal "duduk manis" aja, semua yang akan kita lakukan, yang menimpa kita sudah diatur oleh Allah, pasti akan kejadian. Jadi kita terpaksa banget. Gabisa ngapa-ngapain lagi. Nantinya mau gimana, udah terserah aja. Pasrah bongkokan pokoknya. Udah. Gitu aja.

Lah kalau gitu ngapain kita makan, kalau ditakdirkan kenyang, ntar juga kenyang sendiri, dong ?"

Ini juga parah. Menuduh Allah memaksa hamba-hambaNya dengan tanpa sama sekali memberi kesempatan dan pilihan-pilihan. Padahal, jelas nyata, fakta, bahwa kita punya pilihan. Kita mau baca tulisan ini atau tidak itu terserah kita. Ga ada yang paksa kan ? Ga ada mata kita tiba-tiba melek sendiri, baca kalimat demi kalimat padahal kita ga mau, tapi mata kita terus melotot gabisa kita kendalikan ?? Kan enggak. Jadi kelompok kedua ini pun jelas ngaco.

Terus yang bener gimana .. ?

Yang bener adalah Ahlus Sunnah. Mereka meyakini bahwa Allah Maha Tahu & Allah Maha Berkehendak, takdir telah tertulis dari A sampai Z sejak dahulu kala. Te.ta.pi, kan kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ! Jadi, lakukan saja yang terbaik !

Dan faktanya kita "bebas berkehendak" mau ke kanan atau ke kiri. Mau lurus apa belok. Mau yang baik apa yang buruk. Mau yang bener apa yang salah. Semua "terserah kita".

Karena kita pun tidak tahu, apa yang akan terjadi (walaupun sudah ditulis), kalau kita memang pengen ke depannya baik, ya kita harus berbuat baik. Kalau mau masuk Surga, ya harus beramal penduduk Surga.

Ada yang aneh ? Kan Allah sudah tulis A sampai Z, termasuk apa yg akan kita lakukan kan ? Tapi faktanya kita juga bebas berkehendak mau ngapain aja ? Kok kayak bertentangan, gitu ??

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline