Lihat ke Halaman Asli

Emir Yunus

Muslim; seorang anak, suami, sekaligus ayah.

Tauhid

Diperbarui: 9 Januari 2018   16:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Katakanlah  (kepada kaum kafir), 'Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit  dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan  penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati  dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur  segala urusan?' maka mereka akan menjawab, 'Allah'. Katakanlah, 'Mengapa  kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?'"
[Q.S Yunus: 31]

Salah satu pelajaran dari ayat ini adalah bahwa makna laa ilaaha illallaah bukan sekadar "Tiada Tuhan (Pencipta, Penguasa dan Pengatur alam  semesta) selain Allah", karena orang Kafir pun meyakini hal tersebut, tetapi  keyakinan itu tidak menjadikan mereka hanya beribadah kepada Allah,  mereka menyekutukan Allah dengan sesembahan-sesembahan yang lain. Maka, makna laa ilaaha illallaah yang tepat adalah tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain  Allah, karena satu-satunya Pencipta, Penguasa dan Pengatur alam semesta  hanya Allah.
Maka ketahuilah, bahwa Tauhid, yang merupakan perkara paling penting dalam agama Islam, terbagi menjadi tiga:

Tauhid Rububiyyah

Yakni  kita meyakini bahwa Allah lah satu-satunya Pencipta, Penguasa dan  Pengatur alam semesta ini. Namun, ini saja belum cukup, karena kaum  musyirkin kafirin pun meyakininya.

Tauhid 'Uluhiyyah

Yakni kita meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya ilah(sesembahan)  yang berhak disembah. Dan inilah yang menjadi pembeda antara muslim  dengan kafir. Karena tidak ada agama apapun selain Islam yang meyakini dan merealisasikan tauhid ini.

Tauhid Asma wa Shifat

Yakni  kita meyakini bahwa Allah memiliki Nama-nama yang Agung &  Sifat-sifat yang Mulia, Sempurna dan tidak ada satupun yang setara dan serupa dengan-Nya.

Jika ketiga Tauhid ini telah benar-benar tertanam di hati kita, maka kita tidak akan  meninggalkan perintah-perintah-Nya atau melanggar larangan-larangan-Nya hanya karena  alasan keduniaan (takut kehilangan rizki, karena shalat  jama'ah di masjid atau berdusta agar dapat mengambil harta orang lain,  misalnya) padahal kita yakin Allah lah Penguasa & Pengatur alam  semesta, Pemberi Rizki, dan sebagainya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline