Lihat ke Halaman Asli

abul khasan

Mahasiswa

Cyberspace sebagai Jembatan Menuju Perubahan Sosial

Diperbarui: 9 Mei 2020   09:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ruang baru telah tercipta atas kehadiran teknologi yang semakin canggih yang kita kenal sebagai cyberspace. Adanya migrasi besar yang tampak di kehidupan era sekarang atau lebih dikenal dengan era modern. Sebagian besar aktivitas nyata berupa spiritual, kultural, ekonomi, sosial dan politik dapat diputar digantikan dengan dunia maya. Setiap orang memaknai kehidupan mereka sendiri yang didorong dengan adanya perubahan humanis. Kehidupan yang awalnya dilakukan secara alamiah atau natural kini dilakukan berdasarkan cara artifisial. 

Cyberspace menciptakan sebuah  kehidupan yang dibangun oleh model kehidupan yang mediasi secara mendasar oleh teknologi. Kehidupan baru tersebut dinamakan dengan kehidupan artifisial.

Ruang baru atau cyberspace merupakan ruang imajiner, cara baru yang dapat dilakukan masyarakat dalam proses sosial sehari-hari. Sehingga berbagai kegiatan dapat disangkut pautkan dengan teknologi, khususnya teknologi komputer dan informasi yang digunakan mengartikan realitas. Manusia memasuki cyberspace dengan kesadarannya.

Sebagaimana yang telah dikatakan Alfred Schutz dan Thomas Luckman dalam karyanya The structure of the life world, di dalam dunia kehidupan melibatkan consciousness, experiences dan persepsi. Kesadaran manusia adalah kesadaran akan sesuatu, yaitu kesadaran kognitif yang menangkap berbagai objek di sekitar. 

Dunia cyberspace yang dimasuki manusia berbeda dengan dunia riil atau objek nyata melainkan objek yang ditangkap pengalaman hanya dalam wujud halusinasi. Namun halusinasi tersebut bukan berarti dunia mimpi, tetapi dunia virtual yang dibangun oleh ruang artifisialitas teknologi.

Kehidupan sosial dalam berbagai tingkah telah dipengaruhi oleh perkembangan dan kemajuan cyberspace. Perubahan tersebut tampak pada sosial tingkat individu, tingkat antar individu dan tingkat komunitas. Pada tingkat individu, perubahan mendasar yang terjadi mengenai self dan idenitity. Adanya ruang yang luas untuk setiap orang menciptakan konsep tentang diri dan identitas menjadi konsep tanpa makna. Artinya hakikat identitas itu sendiri tidak ada lagi, yang disebabkan setiap orang mampu dan dapat menciptakan berbagai identitas dirinya secara tak terbatas. 

Hakikat identitas masih ada jika masih ada perbedaan yang membedakan seseorang dengan seorang yang lainnya. Apabila kita berada pada era di mana setiap orang dapat menjadi setiap orang lainnya, maka kita berada dalam kondisi di mana perbedaan telah sirna, yang berarti matinya identitas. Sebagaimana yang dilansir pada jurnal sosioteknologi, yang ada di dalam cyberspace adalah permainan identitas, yang di dalamnya setiap orang dapat membelah pribadinya menjadi pribadi yang tak terhingga.

Perubahan yang kedua pada tingkat interaksi antar individu. Hakikat cyberspace adalah dunia virtual yang berhubungan dengan web dan connection yang menciptakan relasi-relasi virtual. Hungan yang terjalin di dalam cyberspace bukan merupakan hubungan fisik dalam territorial tertentu, melainkan relasi virtual deterritorialisation.

Relasi sosial jarak jauh ini berimplikasi secara luas , termasuk hubungan komunikasi sosial. komunikasi sosial yang diciptakan cyberspace ini dibentuk oleh peran citra di dalamnya. Sebagaimana yang telah dikatakan Habermas dalam karyanya The theory of communicative action, mengatakan sebuah situasi komunikasi ideal, berdasarkan sarana, relasi sosial dan aktor yang terlibat yang dapat mendorong adanya tindakan rasional.

Ketiga pada tingkat komunitas, terciptanya komunitas virtual yang menempati suatu wilayah tertentu. Wilayah di sini berbeda dengan wilayah yang ada pada komunitas konvensional, wilayah komunitas virtual tertuang pada bit-bit komputer.

Howard Rheingold komunitas imajiner adalah suatu model komunitas demokratik dan terbuka yang tercipta dari adanya cyberspace. Karena berada pada wilayah yang bukan teritorial nyata, ada persoalan yang muncul mengenai persoalan normative, pengaturan dan kontrol. Pemimpin, aturan main dan control yang ada di cyberspace bukanlah berbentuk lembaga pada umumnya. Setiap anggota seakan-akan menjadi pemimpin, pengontrol dan penilai teradap dirinya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline