Lihat ke Halaman Asli

Bukan Katak dalam Tempurung

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di sebuah taman kecil ujung hutan rimba, hiduplah Katak kecil dan keluarganya dengan gembira. Hari-harinya didisi dengan bersenandung riang. Kalimat tahmid, tasbih dan tahlil terdengar setiap malam dari keluarga katak kecil itu. Keluarga itu berharap dengan senandung dzikir mereka akan menambah suasana indah hutan rimba itu.

Namun pada suatu hari terdengarlah hiruk-pikuk kedatangan serombongan lalat entah dari mana asalnya yang tak malu-malu mengusik ketenangan sang Singa Raja Hutan. Sang Rajapun berusaha merasa tak terganggu dengan kedatangan mereka.

Dan di sisi hutan yang lain terdengar Singa Muda berseteru dengan Singa Tua memperebutkan kekuasan kelompoknya, kabarnya Singa Tua itu terluka dan lari bersembunyi dibalik semak untuk suatu saat menyerang kembali.

Sedih memang perasaan sang katak kecil dalam benaknya ia berfikir,  mengapa lalat itu tak bersabar dan membiarkan sang Raja itu beristrirahat. Bukankah bila sang Raja itu telah mengumpulkan kekuatannya dan bangkit berburu, para lalat dapat berpesta pora ikut menikmati hasil buruannya. Ataukah lalat itu sengaja dikirim Heina musuh bebuyutan sang Raja agar dapat melemahkan posisinya, Katak Kecilpun tak tahu.

Yang lebih tak dimengerti Katak Kecil, mengapa Singa Muda itu mengusir Singa Tua, bukankah lebih baik mereka bersatu menghadapi kemungkinan serangan Heina yang akan mencuri anak-anak mereka?

Apa daya Katak Kecil tak berdaya apapun. Ditengah lamunannya yang menerawang jauh, Katak Kecil itu tersadar bahwa ia masih dirumahnya, sedangkan hari sebentar lagi malam. Ia tahu agar anak-anaknya tetap semangat menyenandungkan kalimat tahmid, tasbih dan tahlil malam nanti, ia harus segera mencarikan mereka makan. Dengan hati yang masih galau dia pergi keluar rumah mencari rizqi untuk dirinya dan keluarganya.

Katak Kecil berharap dengan tetap bersenandungnya dzikir dirumahnya, Sang Pemilik hutan rimba yang sesungguhnya tidak mendatangkan azab-Nya walaupun ada penghuninya yang sibuk dengan diri mereka masing-masing dan tidak taat kepada-Nya.

Di tengah malam yang mulai sunyi anak-anakpun telah lelah dan tertidur, Katak Kecil berusaha untuk sujud dan berdo'a semoga hutan rimbanya kembali berjaya di masanya atau di masa keturunannya nanti. Amien.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline