Untuk pembaca yang lahir sebelum 1960, pasti sedikitnya masih ingat USDEK, yang merupakan haluan negara jaman SOEKARNO di kala itu. Tetapi yang kita bicarakan sebagai judul tulisan kali ini "bukan itu". Kalau USDEKnya Bung Karno "bicara" negara, maka USDEK kita ini bicara susunan/jadual keluarnya kuliner pada resepsi pengantin.
Di jaman tahun2 itu sampai kira2 awal 90an, (khusus)nya di Jawa, resepsi pernikahan/pengantin jamaknya di selenggarakan dirumah, belum biasa di selenggarakan gedung (baca restoran, hotel dsb), meskipun sudah ada namun masih jarang.
Jadi acara"party" nya demikian : biasanya sebelum para undangan datang, pasangan pengantin (yang sudah dihias full dress berpakaian adat pengantin Jawa) dipajang di kursi kebesaran dengan segala hisan koade. Biasanya disisi kiri-kanan pengantin di dampingi pengapit yang memegang kipas, dan kala itu belum ada AC bahkan kipas anginpun masih merupakan barang mewah, maka bila "panitya" tidak menyewa kipas angin maka pengapit itu pun bertugas sebagai "mesin" pengusir gerah, yaitu mengibas2kan kipas yang di pegangnya, kearah pengantin agar pengantin tidak gerah.
Kemudian satu persatu undangan berdatangan, langsung di persilahkan duduk, berderet-deret (bukan standing party).
Oh ya, bagi masyarakat Jawa, pasugatan/jamuan dalam resepsi perkawinan adalah salah satu hal yang sangat penting, karena di dalamnya mengandung unsur gengsi serta keseriusan menghormati kepada para tamu/undangan. Dan kala itu seolah seperti sudah ada pakem/ susunan tetap dalam hal menyajikan kuliner ini.
Begini urutan nya :
- U, unjukan/minuman : adalah hidangan pertama yang disuguhkan kepada para undangan, jaman itu biasanya (kebanyakan) berupa segelas teh manis, kadang kalau tuan rumahnya kaya bisa berupa sebotol limun (soft drink) lengkap dengan sedotan plastik. Lalu setelah beberapa saat, disusul sajian berikutnya, yaitu :
- S, sup : sepiring sup hangat, biasanya terdiri dari makaroni, buncis, irisan tipis wortel dan bola2 daging kecil2, taburan bawang merah goreng. dan tentu saja kuah sup hangat. Sup semacam ini dijaman itu (bagi penulis) adalah makan mewah, yang hanya dapat kami temui saat2 ada resepsi pengantin semacam ini. Kemudian, setelah piring2 sup sudah kosong, disajikanlah sajian yang paling di-tunggu2, yaitu :
- D, dahar : merupakan sajian utama, berupa "makan" (nasi plus lauknya). Biasanya sepiring nasi campur, terdiri dari nasi putih, sambal goreng kentang (kalau tuan rumahnya tajir, ada irisan dadu hati sapi), daging atau telor berbumbu bali, acar mentimun/wortel yang rasanya asem2 seger, dan kerupuk udang. Beuh ini merupakan makanan kelas taman gizi, dan bener2 hanya bisa kami temui di resepsi manten, karena sehari-hari menu kami di rumah hanya sayur lodeh, sayur asem, tahu atau tempe goreng. Eh perubahan jaman, yang dulu menu rumahan, sekarang malah jadi menu restoran ya. Apalagi tempe tahu sekarang sudah jadi barang mahal. Dan, sajian berikutnya setelah "makan", adalah :
- E, es krim/es puding. Es krim biasanya disajikan dengan cup kecil (gelas kertas di celup lilin), kalau es puding biasanya menggunakan piring, berupa beberapa potong puding, fla, dan beberapa potong es batu. Harap maklum, ketika "es" ini disajikan adalah sekaligus sebagai pertanda bahwa resepsi sudah akan ber akhir. Dan yang harus dilakukan oleh undangan adalah :
- K, kodur : pulang.