Kejadian tidak lucu sekaligus ironi, maka tidak dipost di threat humor.
Kamarin sore, di trafficlight per empatan Jalan Kendangsari (Surabaya), ke arah Tenggilis lampu nyala merah. Dilajur kiri, semua kendaraan berhenti, salah satunya motor bebek hitam berhenti paling depan, berhenti offside nylonong 2 meter dari garis stop. Dari penampilan nya terintip ridersnya patut dapat dikira sebagai tentara, celana dan jacket doreng, sepatu lars hitam khas tentara, ada ransel/backpack hijau lekat dipunggung, helm biru, berkacamata hitam. Macho man!
Tak lama berhenti, dari belakang terdengar sirine dari mobil Ambulance meraung-raung minta kendaraan didepannya minggir memberinya jalan. Semua kendaraan di lajur ini menepi kekiri, kecuali motor "tentara" tadi, dia bertahan tak mau minggir meski bember depan mobil ambulance sudah hampir menyentuh spakbor belakang motor hitam itu. Beberapa orang beriniatif membunyikan klakson mengingatkan agar pak tentara mau sedikit menepi, tetapi dasar . . . . . . . (entahlah . . . . harus dibilang apa) beliau tetap saja seperti tak mendengar segalanya dan tetap berhenti di tempat. Satu orang, turun dari ambulance, dengan sedikit eyel2an dengan terpaksa pak tentara akhirnya mau juga beringsut sedikit, dan ambulance bisa lewat pelan2 disamping motor pak tentara.
Dari tempatku berhenti, terdengar umpatan2 tanda kemarahan dari bibir pak tentara yang ditujukan kepada crew ambulance. Masyaalloh. tega2nya ber arogansi hanya untuk menunjukkan betapa hebat dan perkasanya beliau sebagai tentara. Dia lupa, bahwa kelak kalau "beliau" sakit atau mati (maaf pak) pasti butuh diantarkan ambulance ketempat "tujuan". Memang nya beliau mau berjalan sendiri "kesana", ah malah akan aneh dan bikin orang takut.
Apa yang bisa dipetik dari kejadian ini, yang jelas tempat pendidikan yang meluluskan pak tentara ini sudah gagal sebagai institusi pencetak tentara. Atau pak tentara ini pantas "sekolah lagi" untuk merenovasi karakter prajuritnya. Atau pak tentara ini pantas diberhentikan dari tentara, karena telah menyalahi Sapta Marga dan Sumpah Prajurit (masih ada khan).
Tidak lucu, seperti aku bilang di awal tulisan, bagaimana menurut anda ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H