Lihat ke Halaman Asli

Cocktail, Sebagai Lauk Makan Nasi

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ini kisah jaman awal2 kuliah di Bandung dulu, ketika itu kami ber empat mendapat job, mengerjakan stan pameran di Gedung Merdeka yang bersejarah itu.

Rencana hari itu pemeran akan dibuka pukul tiga sore, dan pagi pukul sembian stan buatan kami kelar siap diisi.

Pemilik stan datang, kami langsung dibayar kontan di arena pameran saat itu juga. Klien puas, tapi kami lemas, sangat ngantuk dan sangat lapar, maklum hampir lima puluh jam bekerja hampir tanpa istirahat, makan pun sesempatnya  dan seadanya pula.

Keluar dari gedung, yang ingin  kami lakukan adalah makan terlebih dahulu, rasanya kami sangat dendam pada yang namanya makan.

Karena "punya" uang, maka kami ingin makan dengan menu yang sedikit lebih pantas dari  hari2 biasanya, di tempat yang lebih layak yang  sama sekali beda dari biasanya. Maka kamim pilih "restoran" yang kesehariannya hanya kami lihat luarnya, dan kali ini ingin kami masuk di dalamnya,

Begitu masuk restoran, disodori daftar menu,  kami memesan sesuai keinginan masing2.  Bertiga  kami pesan  nasi putih (pasti dong) pepes ikan mas, tahu telor, karedok, sayur asem, minuman kami pesan minuman "mewah" soda gembira.  Satu teman lagi si Stephanus (sejak th 93 mualaf dan ganti nama menjadi Ilham), yang selalu eksklusip beda dari teman2, dia pesan nasi putih, sambel lalapan, dan cocktail, serta minumnya ice the gun with lemon (es degan jeruk).

Pesanan kami datang, tersaji lengkap kecuali cocktail pesanan si Stephanus, tetapi  . . . . ups . . . ada es buah, . .. . yang tidak kami pesan tersaji juga, ah . . . . .  mungkin ini bonus karena kami pesan  lumayan banyak.  Kami  pun segera menyantap menu kami, kecuali Stephanus yang terpaksa hanya melihat saja kami bertiga pesta, sambil dia nikmati  es buah "bonus" itu,  dan. . . . . . tetap  masih menunggu.

Karena lapar yang akut,  dalam waktu singkat makanan  kami bertiga ludes, tetapi cocktail masih tetap belum muncul juga. Ketika  kami tanyakan,  pelayan resto menjawab  dengan menunjuk ke mangkok "es buah" yang sudah kosong diminum si Stephanus tadi.  "Oh jadi ini to  yang namanya cocktail, . . . . . kalau di tempat kami yang begini ini  namanya . . . . . . . . .  es buah . . . . . . . .ndeso, . . .  ndeso".

Sedangkan cocktail, yang ada di benak kami, cocktail adalah : cock artinya  ayam, tail artinya ekor, jadi cocktail . . . . . . . .  adalah brutu. Ndeso , . . . . . . .  ndeso

Akhir cerita,  kami pesan brutu asli yang bukan cocktail, khusus untuk si Stephanus.

Ndeso !!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline