Lihat ke Halaman Asli

Aku Pernah "Dibantu" Polisi

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kejadiannya sudah beberapa waktu yang lalu, di Surabaya.

Aku sudah agak  lama tidak melewati daerah itu,  traficlight pertigaan jalan Kendangsari-jalan Kutisari.  Biasanya dari arah jalan A.Yani dipertigaan itu, untuk belok kiri ke jalan Kendangsari "boleh langsung", dan itu kebiasanku sejak dulu.

Tetapi ketika itu, ternyata dibawah  traficlight  sudah ada tulisan "belok kiri mengikuti lampu. Dan ini yang tidak kuperhatikan, hapal seperti biasanya, langsung saja aku belok kiri ke  jl.Kendangsari. Dan benar saja, kira2 30meter setelah mobil belok,  dari warung kaki lima keluarlah petugas polisi berpakaian dinas lengkap dengan jaket kulit hitamnya. Dia langsung memberi tanda supaya mobil ku menepi, "ada apa ini," pikirku.

Mobil kuhentikan, polisi memberi hormat dan mendekati kaca kanan yang sudah kubuka. "Selamat sore pak, bapak tadi langsung belok, harusnya bapak mengikuti lampu, . . . . ", kata petugas polisi dengan santun. "Tolong saya lihat kelengkapan surat2nya nya bapak, SIM dan STNK nya ".

Selagi aku akan mengeluarkan  SIM, polisi ramah itu melanjutkan kalimatnya : "bapak relah melakukan pelanggaran ya pa, jadi bapak bisa di tilang".

Aku sudah siap2 menyerahkan SIM,STNK ke polisi, sementara istriku yang duduk disisi kiriku rupanya sejak mobil distop tadi,  sudah "tanggap ing sasmito", tahu apa yang seharusnya dilakukan, istriku sudah memegang dua lembar uang duapuluh ribuan ditangan kanannya.

Sambil memperhatikan  tangan kananku yang memegang SIM dan STNK,  rupanya petugas memperhatikan juga apa yang di pegang istriku, lalu bekata lah pak polisi :"tetapi dari pada bapak harus repot menghadiri sidang,  . . . . . . . mari saya bantu saja bapak", sambil  tangan kanannya dengan sigap meraih uang 40ribu yang dipegang istriku. Sedang  SIM dan STNK yang sudah siap2 kuserahkan padanya, di sentuhpun tidak.

"Selamat jalan bapak, hati2, perhatikan rambu2 bila mengendarai, . . . . . . . . ." kata petugas polisi gagah itu kemudian, dengan santun dan tangan kanannya dalam posisi hormat.

"Selamat sore pak, terima kasih kami telah dibantu", jawabku.

"Praktis, . . . . . . . . dan ekonomis", kata istriku.

Aneh, sejujurnya aku benar2 merasa tertolong atas kejadian itu, aku bayangkan kalau harus menghadiri sidang, aku harus ijin dulu dari tempat kerja, dsb, dsb,dsb.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline