Riyadi Solihin, penjual tempe, usaha antar jemput, takmir masjid itu, kemarin terkapar sudah,
telah pergi menghadap sang khaliq.
Letupan senjata Polisi telah menghantar Solihin meregang nyawa.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Kamis malam 27 oktober pukul 23.00.
(Adegan yang mengingatkan kita pada film2 cowboy).
Di meja nomer 3, PONTI Cafe & Resto. Enam polisi berpakaian preman (briptu Widianto, briptu Siswanto, briptu Eko Riswanto, aiptu Agus, bripka Dominggus, briptu Iwan), memesan enam krat bir, purel, dan pekerja Ponti Resto menyaksikan ulah mereka.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Jum'at dini hari 28 oktober pukul 01.00.
Briptu Widianto keluar dari kafe Ponti, : "kalau lihat jalannya, ya mabuk . . . . . . . ", ucap witres kafe.
Briptu Widianto mengendarai motor nya, di jalan bersenggolan dengan mobil Solihin. Karena takut, Solihin bukannya berhenti tetapi malah memacu mobilnya. Polisi teman2 briptu Widianto mengejarnya.