Lihat ke Halaman Asli

Hanif Ahmad

Bekerja sebagai Head Pastry Chef

Kemarahan adalah Gagalnya Sebuah Kreatifitas

Diperbarui: 28 Juli 2021   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanif Ahmad (foto hanif ahmad) 

Anah Lajnah :
Kalau yang Anah pernah menyimak uraian Abah Nata, bahwa marah itu boleh kan ?

Abah Nata :
Iya boleh Anah, yang harus dikurangi itu adalah marah-marah.

Anah Lajnah :
Marah dan marah-marah, memang apa bedanya Abah ?

Abah Nata :
Marah itu hanya sekali saja, kalau marah-marah adalah keadaan yang berulang-ulang dan terus menerus. Marah dan marah-marah itu sama saja sih. Diakibatkan habisnya kreatifitas, putus asa atau tidak menemukan cara lain untuk menyelesaikan masalah.

Anah Lajnah :
Mengapa begitu ya Abah ?

Abah Nata :
Karena pola teladan kita turun temurun seperti demikian Anah, sudah tertanam kuat dalam alam bawah sadar.

Anah Lajnah :
Anah belum faham Abah ?

Abah Nata :
Sering kita menyaksikan atau mengalami dalam kebiasaan keseharian, baik di rumah orang tua yang marah, di sekolah guru yang galak, dipekerjaan bos yang marah. Seolah-olah menjadi senjata pamungkas untuk menyelesaikan masalah dengan kemarahan. Dan memang sepertinya sangat berhasil, tetapi....

Anah Lajnah :
Tetapi apa Abah ?

Abah Nata :
Tetapi karena kejadiannya berulang-ulang terus-memerus, akan tersimpan dalam memori alam bawah sadar. Jika suatu waktu mengalami situasi  yang sama dalam menghapai masalah, maka marah-marah adalah spontan sebagai akibat yang timbul. Dan ini menjadi mata rantai yang sangat sulit untuk diputus. Akan terjadi terus-menerus juah ke generasi yang akan datang, apabila....

Anah Lajnah :
Apabila apa Abah ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline