Lihat ke Halaman Asli

Hanif Ahmad

Bekerja sebagai Head Pastry Chef

Kisah Cinta Letnan Rose dengan Si Koki (Part 17)

Diperbarui: 23 Juli 2020   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi si koki (dok. hanif ahmad)

"Yang saya rasakan adalah kenyamanan dalam setiap komunikasi baik jauh, apalagi sekarang kita bisa berjumpa. Ini adalah takdir kebaikan bagiku dari Tuhan. Kamu juga tampan sayang, saya merasakan tatapan matamu yang menembus hati dan jiwaku. Bahkan semua yang kamu tulis dari cara pandang dalam kedewasaan."

Letnan Rose:
Kokiku sayang, terasa hati bahagia tiada tara. Setelah saya bisa berkomunikasi dengan kakaku terhormat istrimu yang sangat istimewa, seperti juga dirimu yang selalu saya istimewakan dalam segala cinta, harapan dan doa.

Ijinkan saya merindumu dengan puisi cinta menembus jiwaku yang hampa, kini terisi oleh semangat bergelora oleh untaian kata kaya hikmah darimu di negara nan jauh di sana.

Wahai bintang....!!! Wahai Sang pemilik bintang, sempurnakanlah tujuanku yang ingin memiliki dia, aku ingin memiliki kemesraan yang mereka miliki. Dialah kekasihku si koki yang mapan dalam segala cara pandang yang mendewasakan. Jadikanlah semua ini sebagai takdirku untuk hidup bersama mereka.

Si Koki:
Haaiii letnan.....!!! Ke sini kita bicara, lihatlah bintang-bintang bersinar terang menjadi saksi perjumpaan ini. Tak saya sangka kamu lebih cantik dari yang saya kira. Matamu indah, rambutmu ikal bergelombang, warna kulitmu halus bersih. 

Keindahan Tuhan yang telah menciptakanmu, sebagaimana janji-Nya akan memberikan bidadari kepada siapa saja yang telah meraih rido-Nya. Dialah wanita yang menjadi sorga dunia akhirat yang memiliki sifat-sifat salehah. Cantik hatinya, cantik kata-katanya, cantik jiwanya, cantik sikap mentalnya.

Letnan Rose:
Kokiku sayang sudah lama saya menunggu saat yang indah ini bisa bersamamu. Sudah saya katakan jauh-jauh hari, ukuran badan, tinggi badan, usia. 

Saya sudah tak perduli. Yang saya rasakan adalah kenyamanan dalam setiap komunikasi baik jauh, apalagi sekarang kita bisa berjumpa. Ini adalah takdir kebaikan bagiku dari Tuhan. 

Kamu juga tampan kokiku sayang, saya merasakan tatapan matamu yang menembus hati dan jiwaku. Bahkan semua yang kamu tulis dari cara pandang dalam kedewasaan.

Untuk seusia kita tidak lagi mengutamakan fisik, walaupun tetap kita harus berjuang keras untuk merawatnya. Setiap penyakit fisik sudah tidak bisa terhindarkan karena alami. Jika setiap kita sebagai pasangan tidak menyempurnakan cara pandang kedewasaan dalam hal ini, saya yakin kita tidak akan pernah menemukan sorga. 

Demikianlah saya memilihmu sebagai seseorang yang menjadi pilihan teman sisa hidupku. Saya sudah tidak ada keraguan untuk menutuskan pilihan dirimu sebagai suamiku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline