Sungguh luar biasa drama yang disajikan keempat semifinalis Piala Champions 2019 kali ini. Penikmat sepak bola begitu terhibur dengan sebuah pertandingan yang sangat berkelas yang melahirkan 13 gol. Bagaimana sebuah tim bisa membalikkan prediksi, membayar kekalahan, sekaligus mengajarkan banyak value selain sekedar taktik yang brilian.
Sebagaimana diketahui, hasil akhir leg kedua mengantarkan kedua tim Inggris: Liverpool dan Tottenham Spurs untuk berjumpa di final yang akan dihelat di stadion Wanda Metropilitano, Madrid. Secara agregat, Liverpool unggul 4-3 atas Barcelona. Adapun Spurs, imbang 3-3 dengan Ajax Amsterdam dengan keunggulan gol tandang.
Bila melihat laga sebelumnya, Barcelona dengan gagah melumat Liverpool di kandangnya dengan skor telak 3-0. Fans fanatik Barca menjadi saksi kehebatan Lionel Messi dan Luis Suarez merobek jala Alisson Becker.
Tiga gol tanpa balas pada laga leg pertama, melambungkan asa pencinta Barca bahwa separuh kaki sudah menapak di final Piala Champions tahun ini. Esoknya, meskipun dengan satu gol, tapi itu sudah cukup untuk Ajax meredam 'pasukan muda' Tottenham Hotspur di Tottenham Hotspur Stadium.
Siapa yang tak ngeri dengan kehebatan Barcelona, petahana juara La Liga yang saat ini masih kokoh di puncak klasemen, jauh di atas Atletico Madrid sebagai penghuni posisi nomor dua yang berjarak sembilan poin. Bandingkan dengan Liverpool yang terengah-engah saling menyalip dengan Manchester City hingga pertandingan terakhir demi memperebutkan titel jawara Liga Primer.
Dari sisi finansial, begitu dalam jurang pembeda antara kedua tim. Raksasa Spanyol yang ditahbiskan sebagai klub terkaya di dunia itu memiliki pemain profesional bernilai 898 juta euro. Bandingkan dengan Liverpool yang total pemainnya hanya bernilai setengahnya atau 550 juta euro. Lihat juga bagaimana torehan Messi yang sudah mencetak 34 gol di La Liga dan saat yang sama memimpin perburuan Sepatu Emas Liga Champion dengan 12 golnya. Bandingkan dengan Mohammed Salah, striker Liverpool yang baru mengemas 22 gol di La Primer.
Bagaimana dengan atmosfir leg kedua sebelum dihelat? Kita tahu bersama, dengan defisit tiga gol plus pasukan yang pincang karena absennya dua bomber utama: Mohammed Salah dan Firmino, maka The Reds di atas kertas akan dengan mudah habis dilumat tim Los Blaugrana yang demikian bernafsunya mencetak treble winners tahun ini.
Tak berbeda jauh dengan kondisi Spurs. Harus bertanding ke Johan Cruyff Stadium tanpa striker haus gol sekaligus kapten tim Harry Kane, tim Lilywhites mengemban misi yang tak mudah. Masuk semifinal saja sudah menjadi sejarah untuk pasukan asuhan Pochettino ini.
Tapi tak cukup hanya dengan bermodalkan sebagai pencetak sejarah, mereka akan melawan kampiun Belanda, juara 4 kali Liga Champions dan 33 kali pemegang maskot Eredivisie. Tim Inggris ini juga defisit satu gol setelah pada pertandingan sebelumnya ditumbangkan 0-1 oleh De Amsterdammers.
Tapi apa yang terjadi sobat? Hasil di lapangan menjungkirkan semua prediksi pencinta bola, bahkan pengamat paling brilian sekalipun. Bagaimana Liverpool mampu membalikkan keadaan, memukul tanpa ampun Barcelona dengan skor 4-0. Lihat juga Spurs yang dengan gagahnya seolah memperoleh 'second wind' mengejar minus gol untuk kemudian menyamakan skor agregat 3-3 dengan keunggulan gol tandang.
Memang betul bahwa racikan strategi berperan besar dalam menentukan hasil akhir. Tak salah bila skill individu plus kekompakan tim adalah kombinasi apik untuk menggempur lawan. Namun demikian ada faktor lain yang tak kasat mata turut memberikan andil bagi sebuah tim sehingga matematika sepak bola tak lagi berbicara banyak.