Sobat yang inspirasional !!
Suatu kesempatan berharga bagi saya untuk bisa hadir pada Seminar "Good Followership" dengan pembicara tunggal CEO General Electric Indonesia Dr. Handry Satriago. Bagi saya, dengan segala kekurangan yang dimilikinya, sejatinya Handry adalah sosok komplet tempat kita memperoleh pelajaran hidup.
Dengan gamblang dan begitu fasihnya, pemuda Minang namun besar di Jakarta yang menyelesaikan program doktoralnya di Universitas Indonesia ini menjelaskan teori-teori kepemimpinan, bagaimana relasi antara good leadership dan good followership yang akan menciptakan good mutual relationship, dan postulat yang dihasilkan dari teori Narciisme leadership.
Sobat, kita tidak akan terperangah dengan pemahaman detail yang dia miliki apabila tahu kalau fokus disertasinya yang berjudul "Examining The Followers' Influence on Leader's Performance: A "Reverse" Pygmallion Effect" memang meneliti adanya kemampuan follower untuk mempengaruhi kinerja pimpinan.
Tapi inti tulisan ini bukanlah materi seminarnya yang mengagumkan dan men-trigger kita untuk how to be a good follower tersebut, bukan tentang world class company "General Electric" yang menjadikannya sedikit dari young on top Indonesia, bukan pula tentang english prounounciation-nya yang banyak mewarnai tutur katanya.
Namun yang jauh lebih bermakna dari itu adalah bagaimana energi positif yang dia tularkan, motivasi berlipat bak gelombang yang dia hantarkan, dan bagaimana kecintaannya yang begitu besar untuk berbagi atas pengalaman hidupnya yang sangat luar biasa dan menggetarkan....
Sobat yang mencerahkan ....
Life begin at forty ... persis di usia 41 tahun, dua rekor sekaligus dia cetak: menjadi CEO GE Indonesia pertama yang lulusan perguruan tinggi lokal dan CEO termuda sepanjang sejarah General Electric!
Sobat, yang luar biasa adalah semua itu dia raih dengan kondisi fisik invalid, dengan berbekal kursi roda sebagai kawan karibnya selama lebih dari 30 tahun terakhir.
Di sela-sela bahasan tentang postulat-postulat leadership, pria kelahiran Pekan Baru 13 Juni 1969 ini bercerita flash back bagaimana pada Juni 1987 saat dia divonis kanker kelenjar getah bening pada tulang belakangnya.
Berselang tiga bulan, Handry remaja yang masih berusia 17 tahun yang memiliki aktivitas segudang dan sangat gemar memanjat gunung plus hobi mengumpulkan kupu-kupu ini ditakdirkan tak lagi bisa menggerakkan kakinya dan bergantung dengan kursi roda.