Lihat ke Halaman Asli

Mengantar Pribadi

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap manusi itu berbeda, unik, khas. Tiap pribadi punya ciri khas masing-masing. Ke-khas-an ini berasal dari beragam kepribadian yang dimiliki oleh tiap manusia. Nah, sebenarnya bagaimana sebenarnya kepribadian itu? Bagaimana pula psikologi akan mengupas masalah kepribadian?

Kepribadian, bisa diartikan sebagai sebuah pola sifat dan karakteristik yang relative bersifat permanen, juga bersifat konsisiten. Kepribadian ini dapat berisi berbagai macam hal. Antara lain, sifat dan karakter seseorang. Seperti yang kita tahu, sifat dan karakter inilah yang akan membuat kerangka perilaku. Entah baik, ramah, atau bahkan cuek dan galak.

Psikologi mengupas tentang kepribadian ini menurut teori milik tokoh-tokoh besar psikologi dari berbagai aliran. Mulai dari aliran psikoanalisa, behavior, humanis, dan lain-lain. tiap aliran membentuk konsepnya sendiri-sendiri tentang kepribadian. Konsep yang berbeda-beda ini menunjukkan bahwa kepribadian manusia tidak bisa serta-merta digeneralkan.

Sebagai contoh, psikoanalisa yang tokohnya adalah Sigmund freud. Freud memandang pribadi manusia sebagai sebuah cerminan kejadian masa lalu. Ketika pada masa lalu seseorang itu tidak ‘terpuaskan’ maka nanti akan terlihat pada masa sekarang. Peran masa lalu sangat besar dalam menentukan masa depan seseorang. Karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Sigmund Freud, pasiennya ada yang mengalami gangguan dikarenakan masa lalunya yang tidak mendukung pembentukan kepribadiannya sendiri.

Apabila melihat pandangan C. G. Djung, hamper sama seperti konsep Freud mengenai peran masa lalu. Akan tetapi ada sedikit perbedaan dengan Freud. Djung yakin, masa lalu yang mempengaruhi individu bukan hanya berdasar pada pengalamannya masing-masing orang.. djung punya konsep ketidaksadaran kolektif, yang diisi oleh kebiasaan, watak, kecenderungan berperilaku yang diwarisi dari pendahulu manusia. Bahkan dari pada masa dinosaurus.

ada lagi pandangan dari kaum behavioris, mereka mengatakan bahwa masa sekarang dipengaruh oleh bagaimana kita mengkonsep masa depan kita. Saat kita melihat seseorang yang jadi pahlawan lalu kita ingin menjadi seperti dia, inilah yang nantinya disebut sebagai konsep imitasi. Manusia meniru hal-hal yang menurutnya menarik untuk dilakukan dimasa depan.

Dari tiga pandangan diatas, yang dibicarakan sebenarnya hanyalah berbentuk teori. Sedangkan yang dapat digeneralisasai hanyala yang mampu disebut dengan hukum. Teori ini masih berbentuk asumsi atau dugaan sementara. Mungkin memang ada penelitian menyangkut pendapat tokoh-tokoh diatas. Namun, sifat dari penelitian yang dilakukan oleh para tokoh itu sebatas pengujian sederhana dan observasi sederhana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline