Tulisan ini terinspirasi dari wacana kebijakan PLN yang ingin mengkonversi kompor gas menjadi kompor listrik.Kebijakan yang cukup membuat saya kaget ketika mendengarnya dan mulai bertanya-tanya. Apakah yang sebenarnya mendasari wacana kebijakan tersebut? kebijakan yang terksesan memaksakan. Apalagi di situasi pemulihan ekonomi pasca pandemi. Kebijakan ini cukup menjadi kebijakan yang kontroversial, yah walupun masih sebatas wacana saja. Tetapi prototype penerapannya membuat saya resah, apa benar bakal digantikan???
Ternyata menurut beberapa sumber berita alasan usulan kebijakan ini karena PLN kelebihan listrik, sehingga konsumsi listrik perlu ditingkatkan. Cukup aneh memang, mengingat sasaran kebijakan ini adalah kelompok menengah dan memngah kebawah. 2 kelompok ini, terutama kelompok menengah kebawah pasti sangat keberatan dengan adanya kebijakan konversi ini. Bagaimana tidak, jusru penghematan listrik adalah hal yang sedang dilakukan, dengan adanya konversi malah akan meambah beban belanja bagi kelompok ini. Juga permasalahn lainnya adalah daya yang dibutuhkan untuk kompor listrik cukup besar, secara logika dasar, memang tidak mungkin untuk dapat konversi energi ini. Juga permasalahan listrik yang tidak satabil, kadang bisa mati kapan saja. Menurut saya kebijakan ini memang jika diteruskan terkesan mengada-ada. Lebih masuk akal kebijakan konversi mobil listrik di semua mobil dinas kementrian. Menurut saya itu adalah sebuah langkah awal yang bagus.
DI tengah tekanan ekonomi saat ini seharusnya tidak meluncurkan kebijakan yang akan membebani konsumen menengah ke bawah. Saat ini semua sedang mencoba untuk mempertahankan hidup, mempertahankan kondisi ekonomi keluarga. Lebih baik kebijakan yang dikeluarkan adalah kebijakan yang mendorong peningkatan daya beli masyarakat. Menurut saya itu akan lebih bijak dilakukan oleh pemerintah.
Sebaiknya perbanyak charging station di beberapa wilayah, saya melihat saat ini sudah mulai erbentuk trend untuk konversi kendaraan ke kendaraan listrik. Harga dari mobil listrik perlahan-lahan hampir mirip dengan mobil biasa yang berbahan bakar konvensional. Memperbanyak charging station akan meningkatkan konsumsi akan penggunaan listrik sebagai bahan bakar dari sebuah kendaraaan. Orang kaan banyak meningkatkan konsumsi listriknya karena merasa aman saat berpergian banyak tersedia charging station. Jadi sebaiknya konsumsi listrik dairahkan kepada kelompok menengah atas yang memang mereka sedang gencar gencarnya melakukan transisi energi dari bahan bakar fosil ke bahan bakar listrik. Catatan lainnya adalah bagi PLN untuk bisa mengurangi sumber pembuatan listrik yang berasal dari sesuatu yang bersumber dari fosil (misal batu bara), sudah satnya menemukan sumber energi alternatif yang murah, berkelanjutan dan ramah lingkungan. Saat ini ketika dunia mengalami krisis karena energi, sebuah negara perlu memanfaatkan semua sumber daya yang ada di dalamnya agar mencapai kemandirian energi. Saat ini selan penemuan energi alternatif, yang perlu ada dan dilakukan adalah mengatur/manage energi agar efisiensi penggunaannya bisa mencapai maksimal.
Saya yakin PLN suatu saat nanti akan menjadi perusahaan pengahsil energi listrik yang professional dan penuh dengan ide-ide baru tentang energi kelistrikan. Suatu saat nanti negara yang memang bisa kontrol energi adalah negara yang bisa dikatakan kuat dan mandiri. Untuk itu menyambung ke konversi kompor gas ke kompor listrik, saya kira PLN harus lebih kreatif dalam merumuskan kebijakan untuk melangsungkan kehidupan perusahaan. Yah saya yakin bisa seharusnya tidak sulit
Yah untungnya kabar baiknya kebijakan konversi tersebut itu tidak jadi diterapkan.........................................
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H