Lihat ke Halaman Asli

M Ihsan Apriansyah

Handwriting Analysis Practitioner (Graphologist) - Hypnotherapist - Mind and Soul Programmer

Mengubah Perilaku Anak Itu Sulit?

Diperbarui: 8 Januari 2021   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Secara garis besar pikiran dibagi menjadi 2 bagian, pikiran sadar (conscious mind) dan pikiran bawah sadar (subsconscious mind). Pada anak, pikiran yang lebih dominan adalah subsconscious mind sehingga anak masih sangat mudah untuk dipengaruhi, masih sangat mudah untuk dibentuk.

Sehingga pada dasarnya sangatlah mudah sebagai orang tua membentuk pribadi anak. Hanya saja, anak terbentuk kepribadiannya juga banyak dari meniru langsung perilaku orang dewasa di dekatnya. Siapakah orang dewasa yang paling dekat dengan anak? Tentu lazimnya adalah orang tuanya.

Anak tentunya akan banyak meng-copy perilaku orang tuanya, yang jika terus berulang dilihat oleh anak perilaku tersebut maka perilaku yang ditiru oleh anak bisa menjadi kepribadian anak.

Contohnya saat di rumah orang tua shalat di rumah, setiap waktu shalat orang tua shalat maka anak cenderung melihat dan mulai meniru gerakan-gerakan shalat. Perilaku orang tua ini lah yang jika dilihat anak maka anak meniru dan jadilah kepribadian anak.

Ini hal positif yang ditiru oleh anak. Apakah hanya yang positif saja?

Sayangnya bukan hanya yang positif, perilaku negatif pun sangat mudah masuk ke pikiran bawah sadar anak. Critical Factor anak belum kuat terbentuk sehingga tidak bisa memfilter hal baik maupun buruk.

Ingat dengan berita viral balita yang merokok? Anak tentu tidak merokok jika tidak pernah melihat orang dewasa di sekitarnya merokok, apalagi orang tuanya, tentu sangat mudah masuk ke dalam pikiran bawah sadar anak.

Setidaknya ada 5 cara untuk memasukkan program / perilaku ke dalam pikiran bawah sadar anak. Salah satunya adalah figur otoritas. Bagi kita orang dewasa figur otoritas adalah orang yang memiliki pengaruh, atau orang yang kita hormati. Misal jika ada orang yang baru kita kenal, tiba-tiba memberikan nasehat kepada kita, tentu secara sadar kita tidak begitu saja menerima nasehat tersebut. berbeda halnya bila yang memberikan nasehat adalah guru kita atau orang yang telah berjasa dengan kita, tentu nasehatnya lebih mudah kita terima.

Atau figur otoritas bisa juga orang yang memiliki keahlian di bidang tertentu, misalkan dokter. Kita pasti akan langsung setuju apapun yang dikatakan oleh dokter, meskipun yang dikatakan dokter tersebut salah, tapi kita tanpa membantah akan mengikutinya.

Figur otoritas bagi anak adalah orang tua. Maka apapun yang dilakukan orang tua, apapun yang dikatakan oleh orang tua anak akan percaya begitu saja. Tidak peduli hal itu baik atau buruk.

Artinya sangat gampang membentuk anak, karena mereka akan menerima apapun dari orang tuanya. Hanya saja orang tua yang sulit untuk memberikan contoh baik dan konsisten melakukannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline