Lihat ke Halaman Asli

Seputar Komunikasi Massa

Diperbarui: 3 Oktober 2015   12:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunikasi massa menurut saya pribadi adalah kemampuan kita untuk mengomunikasikan pesan tertentu pada sejumlah orang.  Namun pada pelajaran Komunikasi Massa, saya mendapat tambahan ilmu bahwa komunikasi massa adalah komunikasi massa adalah cara pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang.

Bicara mengenai fungsi, saya mendapatkan beberapa di antaranya, seperti memberi informasi, contohnya sudah jelas misalnya sehari-hari kita membaca berita dan mendapatkan informasi.

Kedua, menjadi anjing penjaga (watch dog). Melalui media massa, kita bisa mengetahui alur keuangan negara kita, sehingga bila ada uang yang disalahgunakan, kita bisa memprotesnya.

Ketiga, menjaga korelasi, misalnya melalui media massa, seorang korban tsunami Aceh 2004 yang bisa bertemu dengan anaknya setelah beberapa tahun tepisah.

Keempat, mempererat bangsa. Kita bisa lihat contohnya ketika pertandingan bola Persija kontra Persib, kaum JakMania dan Bobotoh seringkali ribut dan menimbulkan korban jiwa. Tapi lain halnya ketika TimNas Malaysia bertarung di Stadion Gelora Bung karno melawan TimNas Indonesia. Kita semua menyatu tanpa melihat suku, agama, dan ras.

Selanjutnya, menanamkan ideologi. Contohnya ketika Jokowi menyampaikan ideologi ‘Revolusi Mental’ nya saat kampanye Pemilu 2014 silam.

Keenam, menasehati, ketika ada tindakan yang salah, media massa meliputnya, itu bisa menjadi bahan nasihat bagi pembaca agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Ketujuh, mendidik. Contohnya program Asal Usul oleh Trans 7 yang memberi kita informasi.

Terakhir, menghibur, contohnya acara kartun bagi anak-anak yang menghibur dan mengisi waktu senggang mereka.

Di kelas komunikasi massa saya juga belajar bagaimana cara mengolah informasi agar kita tidak langsung menerima bulat-bulat, dan malah membodohi diri kita sendiri serta merugikan orang lain. Pertama, konfirmasi. Seringkali kita menerima informasi hoax, dan parahnya kita tanpa mencermatinya, langsung mem-forward kepada teman-teman kita. Alangkah baiknya ketika kita membaca berita, kita melakukan konfirmasi dengan cara bertanya kepada si pengirim, atau membandingkan berita itu dengan sumber lain. Kita biasanya setelah menerima berita penting, langsung dishare pada kontak kita. Padahal belum tentu benar. 

Kedua, prasangka. Jangan sampai kita menaruh prasangka, atau dalam Bahasa Inggrisnya Pre dan Judice yang berarti menghukum sebelum tahu yang sebenarnya. Dalam hal ini bisa juga berlaku perilaku Stereotype, yaitu memukul rata suatu golongan dengan suatu sifat. Seperti orang Cina itu pelit, orang Batak itu sifatnya keras, dan lain sebagainya. Meskipun mungkin benar, tapi tidak semua orang Cina itu pelit. Terakhir, bicara yang baik atau diam. Berita yang baik dan mendidik bisa kita bicarakan untuk bertukar pikiran dengan orang lain. Namun ada juga berita yang kurang baik. Daripada menambah informasi fiktif atau gosip, lebih baik kita diam agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline