Lihat ke Halaman Asli

Keberatan Puasa

Diperbarui: 23 Mei 2018   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cairo360.com

Dalam Al Qur`an terjemahan bahasa Indonesia, diterjemahkan, "Dan bagi orang-orang yang berat menjalankannya, maka wajib membayar fidyah.." QS. 2: 184.

Lantas dari mana terjemahan berat atau tidak mampu tersebut? Padahal teks tertulis adalah, ( ) yang justru berarti: Dan bagi orang-orang yang mampu menjalankannya. Jadi sebenarnya, pada penggalan ayat ini ada satu kata yang dibuang. Yaitu, ''yang berarti tidak. Jadi sudah benar kalau kemudian diterjemahkan: Bagi orang-orang yang tidak mampu atau berat.

Pembuangan satu kata atau lebih dalam Al Qur`an itu banyak. Dalam ilmu balaghah ini disebut Ijaz. Ijaz sendiri dibagi menjadi dua: Ijazul qashri dan ijazul hadzfi. Pada ayat di atas, itu adalah ijazul hadzfi. Sebab ijaznya terjadi karena ada pengurangan kata. Yaitu La () nafi sebelum kata yuthiqunahu.

Ini bagi orang yang tidak paham balaghah, tidak akan pernah menyadari adanya kata 'La' yang dibuang tersebut. Sehingga membaca: 'Dan bagi orang-orang yang mampu menjalakannya, hendaklah membayar fidyah.' Lha wong mampu puasa kok malah suruh ganti fidyah? :D

Ijaz artinya ringkas. Jadi ijaz itu adalah ringkasan. Ijazul hadzfi, meringkas dengan cara membuang satu kata atau beberapa kata. Sedang ijazul qashri, memang asal kalimat sudah ringkas. Tapi walau pun ringkas, bentuk kalimat seperti ini justru mengandung arti yang banyak. Seperti ungkapan populer: Man jadda wajada ( ).

Man jadda wajada, berarti Siapa yang tekun (mencari/berupaya) (maka akan) menemukan/mendapatkan. Saya kurungi beberapa kata pada terjemahan di atas, sebab memang terjemahan tersebut tidak ada asalnya pada kalimat aslinya. Karena kalimat aslinya kalau mau diterjemahkan apa adanya, maka hanya berarti: Siapa tekun, mendapatkan!

Oiya, pada banyak kasus tulisan latin yang saya dapati, ditulis: Man jadda wa jada. Ini salah! Karena memisahkan wa dengan jada. Mungkin yang nulis, menganggap wa () disitu adalah wau 'athaf yang biasanya berarti 'dan' dalam banyak kalimat. Bukaaan! Itu bukan wau athaf. Tapi wau di sini adalah fa' fi'il pada kata wajada ().

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline