Lihat ke Halaman Asli

Abdul Rahim

Bertani, dan menulis buah-buah pikirnya, dalam mengisi masa purna bhaktinya - untuk kemanfaatan yang lebih luas

Berdemokrasi ala Demokrasi Lebah Madu

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1413020373394954587

[caption id="attachment_328526" align="aligncenter" width="370" caption="Koloni lebah madu - demokrasi"][/caption]

Bukan permasalahan pemilihan langsung atau tidak langsung, tapi membangun demokrasi adalah sebuah proses yang membutuhkan sebuah pembelajaran. Substansinya adalah ada pada moralitas individu. Temperamen setiap individu memang tidak bisa berubah, tapi sebaiknya diimbangi  dengan perkembangan watak atau karakter yang diperoleh dalam berinteraksi, baik dengan lingkungan sosial maupun kultur budaya yang didapat secara turun temurun.

Langsung atau tidak langsung, hanya persoalan yang situasional (sesaat). Namun permasalahan yang kondisional yang jauh lebih penting adalah ketika setiap individu mampu melihat jauh ke depan. Individu-individu yang tergabung dalam kelompok akan mampu membedakan antara "persoalan" dengan "permasalahan".

Sebagai contoh adalah dalam hal "persoalan", ketika yang berwenang menjatuhkan palu, maka terjawablah soal yang telah dipersepsikan. Akan tetapi kalau "permasalahan" yang kondisional, akan sangat gegabah bila  dijatuhkan palu dan dianggapnya "persoalan" maka bencana akan menghadang.

Model atau paradigm demokrasi sesungguhnya diperkaya oleh perbedaan dan hak-hak minoritas yang patut dipertimbangkan karena jika mayoritas menolaknya berarti hal itu akan  merusak demokrasi.

Saya akan memberi contoh demokrasi ala lebah madu, karena kebetulan saya banyak bergelut dengan masalah perlebahan di tempat saya bekerja.

Pada masyarakat lebah dari berbagai jenis di alam ini, terdapat tiga unsur dalam membangun demokrasi, yang saya sebut dengan demokrasi ala lebah, yaitu:

1) Unsur keterlibatan secara insting (naluri),  secara fisik dengan kondisional lebah-lebah pengikut (dalam hal ini adalah para lebah pekerja) melakukan komunikasi untuk membentuk sel bakal calon ratu (ratu ini akan berfungsi sebagai pemimpin di kelak kemudian hari).

2) Unsur kontribusi, yaitu kesediaan lebah-lebah pengikut  memberi royal jelly (unsur terpenting dalam pembentukan ratu lebah - hanya calon ratu lebah yang diberi royal jelly ini) kedalam sel telur bakal calon ratu sampai penuh ruang tempat calon ratu lebah tersebut.

3) Unsur tanggung jawab, bahwa masyarakat lebah pekerja (lebah pengikut) setelah terbentuk beberapa bakal calon ratu, mampu melakukan proses seleksi dan memutuskan bakal calon ratu yang akan dipertahankan kehidupannya hingga betul-betul, si calon ratu lebah itu, menjadi ratu lebah (calon lebah ratu yang tidak masuk kriteria untuk dipertahankan oleh para lebah pekerja itu, akan mengalami proses pengguguran/pemusnahan).

Ketiga unsur atau gambaran di atas - dari proses pembentukan bakal ratu lebah,   memberi petunjuk kepada manusia tentang proses demokrasi. Dimana  yang paling mendasar adalah partisipasi atau keterlibatan dalam hal memilih pemimpin dalam bentuk kontribusi keterlibatan serta  tanggung jawab yang dimulai dari perencanaan sampai kepada tahap implementasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline