Lihat ke Halaman Asli

Gizi di Era Millenium

Diperbarui: 27 April 2023   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Milenial pada umumnya adalah anak-anak dari generasi Baby Boomers dan Gen-X yang tua. Milenial kadang-kadang disebut sebagai "Echo Boomers" karena adanya 'booming' (peningkatan besar), tingkat kelahiran pada tahun 1980-an dan 1990-an. Untungnya di abad ke 20 tren menuju keluarga yang lebih kecil di negara-negara maju terus berkembang, sehingga dampak relatif dari "baby boom echo" umumnya tidak sebesar dari masa ledakan populasi pasca Perang Dunia II. Mari kita lihat tren ini dalam kaitannya dengan aspek gizi.

 

Menilik perkembangannya ilmu gizi mengikuti perkembangan ilmu-ilmu yang membentuknya yaitu ilmu kimia, biokimia dan fisiologi. Menurut Johnson dan Merroli dalam publikasinya di Life Science Alliance (2003) sejarah evolusi ilmu yang terkait dengan makanan dan gizi dibagi  dalam 5 era: Pertama Era Naturalis (400 BC -- 1750 AD), yaitu era Hipocrates (460 SM-360 SM) yang membuat hipotesa bahwa tubuh menghasilkan panas, dan juga di kalangan kedokteran dikenal pernyataannya "Let your food be your medicine and your only medicine be your food". 

Kedua, Era Analisa Kimia, yang dipeloporim oleh Lavoiser penemu kalorimetri dan metabolisme oksidasi makanan dalam tubuh dan menghasilkan CO2, oksigen dan panas. Dia juga dikenal dengan bapak ilmu Kimia dan ilmu Gizi. Ketiga, Era Biologi, (1900-sekarang), adalah era ditemukannya berbagai macam zat gizi dan fungsinya, khusus protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin dan mineral. Era keempat dan kelima, menuju ke era gizi seluler dan gizi genetic yang dikenal sekarang dengan sebutan nutrigenomic. Era biologi dan era seterusnya lebih mendalami fungsi-fungsi vitamin dan mineral dalam zat-zat non-gizi lain yang ada dalam makanan kemudian enemukan fungsi anti oksidan dari beberapa vitamin dn mineral, sampai pada fungsinya sebagai co-faktor enzim dan hormon yang memperjelas mekanisme metabolism dalam sel, DNA dan kaitannya dengan gen.

Proyeksi bahwa perkembangan nutrigenomic akan makin memperoleh banyak perhatian sudah muncul sejak kongres ke-33 IUNS di Vienna tahun 2001. Meskipun istilah nutrigenomic belum disebutkan, dalam publikasi US-Food and Nutrition Board tentang: " Opportunity in the Nutrition Generation of Investigators" (1964), sudah disinggung bahwa penelitian di bidang gizi dan ilmu pangan di abad ke-21 akan didominasi oleh penelitian gizi seluler dan molekuler. Bahkan dperkirakan bidang ini menjadi suatu bidang gizi baru disamping gizi organ dan tubuh (manusia dan hewan), gizi kependudukan (masyarakat), dan gizi pertanian pangan.

Nutrigenomic atau nutritional genomic merupakan suatu kumpulan berbagai ilmu untuk mendalami proses yang terjadi pada zat gizi di tingkat seluler dan molekuler didalam tubuh dan pengaruh dari berbagai varian zat gizi dan zat pitokimia yang non-gizi terhadap diri masing-masing  individu.  Disatu pihak nutrigenomic, menurut Jhonson dan Merolli, merupakan perluasan dari disiplin ilmu-ilmu bioteknologi, kedokteran molekuler dan farmakogenomik, dipihal lain merupakan revolusi ilmu gizi, zat non-gizi, dan makanan serta dampaknya pada penyakit dan kesehatan harus dipelajari. Guy Miller bahkan mengatakan "Nutrigenomic will revolutionize wellness and diseses management"

Suatu studi dilakukan untuk mencari jawaban pertanyaan mengapa disuatu kelompok masyarakat miskin dengan latar belakang sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup sama, hanya 20-30 persen anak balitanya bergizi kurang (pendek atau "stunted") sedangkan sisanya normal. Juga sudah lama dipertanyakan mengapa ada orang yang pola makanannya berlemak tinggi tanpa olah raga, tetapi kadar kolesterolnya tetap normal, sedangkan orang lain sudah bersusah payah berdiet ketat membatasi konsumsi lemak dan berolah raga kadar lemak darahnya sulit diturunkan. Banyak teka-teki lain yang belum terjawab mengenai hubungan makanan, zat gizi dan penyakit atau status kesehatan. Studi ini dikenal sebagai studi devian positif ("Positive Deviance").

Kekurangan gizi sejak janin dan balita dibawah umur dua tahun menimbulkan dampak terhadap penurunan penampilan fisik, mental dan intelektual, produktivitas sumberdaya manusia, yang bermuara kepada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dibuktikan melalui studi jangka panjang di Amerika Latin (Guatemala dan Mexico) oleh Martorell dan kawan-kawan dari INCAP, suatu Lembaga riset kaliber dunia yang multidisiplin tidak hanya peneliti gizi, tetapi termasuk juga disiplin ekonomi pembangunan.

 

Penelitian yang berlangsung sejak 1969-1977 dilanjutkan 2002-2004 pada kelompok kohort yang sama mulai dari dalam kandungan, bayi, balita, usia sekolah, dewasa sampai lanjut usia, terus menerus ditelusuri.

Penelitian di Amerika Latin ini dilanjutkan dengan bekerjasama dengan beberapa peneliti di Eropa untuk mengaitkan dampak kehamilan dan masa balita di zaman perang dunia ke-2 pada saat kekejaman Nazi dengan kesehatan dan kesejahteraan anak cucu generasi sekarang. Hasil penelitian gizi jangka Panjang dari INCAP tidak hanya diadopsi menjadi dasar ilmiah kebijakan pembangunan negara-negara Amerika Latin, tetapi juga menjadi acuan kebijakan global dari Lembaga-lembaga PBB seperti Bank Dunia, UNICEF dan WHO. Atas hasil penelitian jangka Panjang INCAP inilah para ahli ekonomi pembangunan di Bank Dunia mengakui bahwa investigasi gizi perlu diperhitungkan dalam strategi pembangunan nasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline